Ini dilakukan untuk mendukung inisiatif pemerintah dalam mengurangi polusi udara dengan mengurangi pemakaian kendaraan berbahan bakar bensin atau non-listrik. Meski lebih banyak keunggulan dibandingkan mobil biasa, namun ternyata layanan Blue Bird ini diklaim memiliki tarif yang lumayan murah. Setara dengan tarif taksi biasa.
"Harganya (tarif) masih sama dengan taksi biasa," kata Presiden Direktur Blue Bird Noni Purnomo dalam acara "Ngobrol Bersama Wartawan" di Jakarta Pusat, Minggu (8/9/19).
Sayangnya, Noni menyebut murahnya tarif tidak sebanding dengan apa yang dikeluarkan perusahaan untuk menyediakan layanan tersebut bagi masyarakat. Noni mengatakan rendahnya tarif tidak mampu menutupi harga sebuah mobil listrik yang sangat mahal.
Belum lagi ada biaya tersendiri untuk menyediakan infrastruktur pendukung seperti stasiun pengisian bahan bakar listrik atau charging station. Oleh karenanya ia merasa tarif mobil listrik perlu mendapat penyesuaian lebih lanjut.
"Jadi harga kendaraan sendiri kalau bisa dapat subsidi lebih banyak dari pemerintah. Kalau itu bisa diberikan, makin banyak lagi kendaraan umum mobil listrik." Katanya.
"Tapi memang mahal dibandingkan taksi biasa. Bisa lima setengah sampai enam kali lipat dari harga taksi biasa. Tesla X itu memang sangat tinggi. Itu untuk Silver Bird," katanya, merujuk pada layanan taksi eksklusif perusahaan.
Ia menyebut saat ini perusahaan terus mencari alternatif kendaraan listrik lainnya agar mampu mengurangi biaya pembelian mobil listrik. "Tapi kita juga sedang melihat alternatif-alternatif apa yang bisa. Ini harus tes, uji coba dan sebagainya." Katanya.
Menurut Noni, Blue Bird saat ini baru menyiapkan 25 unit sedan mobil listrik BYD dan 4 unit Tesla di jajaran produk Blue bird dan Silver bird. (hoi/hoi)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2LvS3jW
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment