Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang pekan ini masih diselimuti sentimen negatif, dengan akumulasi penurunan sebesar 0,55%dan berakhir pada level 6.196 pada Jumat (27/9/2019).
Selama lima hari ke depan, bursa saham nasional diperkirakan masih akan berfluktuatif cenderung menguat. IHSG berpotensi bergerak mengikuti arah sentimen global dan nasional sepekan ke depan.
Beberapa sentimen utama yang dikompilasikan Tim Riset CNBC Indonesia berikut ini berpotensi memengaruhi pergerakan IHSG:
Dari Dalam Negeri
Pertama, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan data jumlah uang beredar (JUB) atau M2 money supply untuk bulan Agustus pada hari Senin (30/9). Jika uang beredar naik signifikan maka berpotensi akan menaikkan inflasi dan mempengaruhi daya beli masyarakat.
Pada bulan lalu terjadi kenaikan sebesar 7,8% menjadi Rp 5.937 triliun dari sebelumnya Rp 5.918 triliun, kenaikan tersebut termasuk paling tinggi secara persentase tahun ini sehingga BI patut melakukan langkah-langkah yang dapat menurunkan JUB di masyarakat.
Kedua, pada hari Selasa (1/10/2019) IHS Markit akan mengumumkan data survei belanja yang dilakukan oleh perusahaan yang bergerak di bidang Manufaktur (Purchasing Managers Index/PMI).
Angka sebelumnya menunjukkan adanya penurunan aktivitas manufaktur menjadi 49 yang artinya manufaktur RI sedang terkontraksi, Turun dibandingkan sebelumnya di 49,6.
Ketiga, masih di hari yang sama (1/10), Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data inflasi. Secara tahunan, angka inflasi bulan Agustus lalu pada level 3,49%.
Reuters dalam polingnya memprediksi akan terjadi kenaikan inflasi menjadi 3,52% (year on year/YoY).
Keempat, pada hari Jumat (4/10) BI akan mengumumkan data indeks keyakinan konsumen/IKK. Pada periode Agustus angka IKK sebesar 123,1, terjadi penurunan dari IKK Juli sebesar 124,8.
Kelima, aksi demo yang diperkirakan masih akan terjadi meskipun intensitasnya mulai berkurang seiring langkah pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang mulai mendengarkan aspirasi masyarakat.
Keenam, terus cermati pergerakan investor asing dari pasar saham. Sepekan kemarin asing keluar dari IHSG sebanyak Rp 1,8 triliun, cukup besar dibandingkan minggu-minggu sebelumnya.
Dari Global
Pertama, hubungan geopolitik antara AS dan China diperkirakan membaik untuk sementara karena keduanya akan melakukan perundingan pada 10 Oktober 2019. Sebelum pertemuan tersebut berpotensi akan memberikan angin segar bagi para pelaku pasar karena risiko ketegangan sedikit berkurang.
Beberapa peristiwa dan rilis data lainnya berikut dari global berpotensi mempengaruhi perekonomian, khususnya dalam negeri:
Pertama, Pada hari Senin (30/9/2019), akan diumumkan PMI manufaktur China versi NBS pukul 08:00 WIB, dan PMI manufaktur versi Caixin pukul 08:45.
Kedua, masih pada hari yang sama, Inggris dan Spanyol akan mengumumkan pertumbuhan ekonomi kuartalannya. Keduanya mendapat perhatian dari pelaku pasar karena ekonominya turun mulai di bawah 1%.
Ketiga, Pada hari Selasa (1/10/2019) Markit akan mengumumkan PMI manufaktur Jerman pukul 14:55 WIB, disusul Amerika Serikat (AS) yang akan merilis PMI versi ISM pukul 21:00 WIB. Menurut versi kedua lembaga tersebut, kedua negara sedang mengalami kontraksi karena bergerak di bawah angka 50.
Keempat, pada hari Jumat (4/10) AS akan mengumumkan data penciptaan lapangan kerja terbarunya untuk bulan September. Konsensus yang dihimpun Reuters memperkirakan akan terjadi penciptaan lapangan kerja baru sebesar 140.000 orang, berbanding bulan Agustus yang hanya tercipta 130.000 orang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2nzJts5
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment