Sunday, September 29, 2019

Prajogo Pangestu Tekor Lagi, Laba BRPT di Juni Amblas 74%

Jakarta, CNBC Indonesia - Lesunya performa keuangan anak perusahaan tampaknya menjadi cerminan atas buruknya kinerja induk usaha. Begitulah yang terjadi pada emiten holding milik pengusaha Prajogo Pangestu, PT Barito Pacific Tbk (BRPT).

Setelah sebelumnya PT Chandra Asri Petrochemicals Tbk (TPIA) mencatatkan penurunan laba bersih hingga 71,43% secara tahunan (year-on-year/YoY), kali ini induk usahanya, Barito Pacific membukukan hasil serupa.

Hingga akhir Juni 2019, BRPT tercatat hanya mampu mengantongi keuntungan sebesar US$ 10,91 juta atau setara Rp 154,28 miliar (asumsi kurs Rp 14.141/US$). Nilai tersebut anjlok 74% jika dibandingkan dengan perolehan semester I-2018 yang berhasil mencatatkan laba bersih sebesar US$ 41,65 juta atau Rp 588,96 miliar.


Atas kinerja tersebut, pelaku pasar terlihat ramai melepas saham perusahaan. Pada pukul 09:33 WIB harga saham BRPT terkoreksi hingga 1,51% ke level Rp 980/saham dengan total nilai transaksi mencapai Rp 7,06 miliar. Pada pukul 10.54 WIB, saham BRPT minus 1,01% di level Rp 985/saham.

Jika ditelusuri lebih detail, pos laba perusahaan tertekan seiring dengan penurunan pada total pemasukan.

Sepanjang semester I-2019, total pendapatan BRPT turun 16% YoY menjadi US$ 1,3 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 1,55 miliar. Penurunan paling dalam dicatatkan oleh pos usaha penjualan petrokimia yang terkoreksi 18,19% secara tahunan, dari US$ 1,28 miliar menjadi US$ 1,05 miliar.

Namun sayangnya penurunan pos pendapatan tidak dibarengi dengan penurunan proporsional pada pos-pos beban utama, di mana ini membuat rasio beban terhadap pendapatan menjadi lebih besar dan menekan kinerja laba.

Sebagai contohnya adalah pos beban pokok penjualan yang membukukan penurunan 11,9% YoY menjadi US$ 973,43 juta dari sebelumnya US$ 1,1 miliar di paruh pertama tahun lalu. Hal ini membuat porsi beban pokok setara 74,75% dari total pemasukan, dari sebelumnya 71,26%.


Bertambahnya porsi biaya pokok pendapatan menekan ruang pergerakan laba kotor perusahaan, di mana pada akhir Juni 2019 terkikis 26,18% YoY menjadi US$ 328,87 juta dari US$ 445,5 juta.

Selain itu, faktor lain yang menekan kinerja keuangan BRPT adalah bertambahnya jumlah kerugian dari entitas asosiasi dan ventura bersama. Pada paruh pertama 2019, pos bagian rugi dari entitas asosiasi membengkak dua kali lipat (112,99% YoY) menjadi US$ 7,18 juta jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 3,37 juta.

Pos keuntungan lainnya yang dicatatkan perusahaan juga turun 80,52% secara tahunan, dari US$ 8,03 juta menjadi hanya US$ 1,57 juta.

Sebagai informasi tambahan, buruknya performa keuangan BRPT sejatinya sudah dapat diprediksi dari kinerja anak usahanya, yakni TPIA yang mencatatkan hasil serupa.


Laba bersih TPIA turun 71,43% YoY menjadi US$ 32,92 juta dari sebelumnya US$ 115,21 juta, di mana koreksi tersebut disebabkan oleh penurunan total pemasukan dan kenaikan pada pos beban.

Manajemen TPIA menyampaikan penurunan pendapatan mencerminkan realisasi harga jual rata-rata yang lebih rendah, terutama untuk Ethylene dan Polythylene. Harga Ethylene turun didorong oleh pasar yang sepi karena liburan di China, Jepang, dan Idul Fitri di Asia Tenggara.

Lebih lanjut, laba TPIA juga terkikis oleh beban keuangan dan bagian rugi atas entitas asosiasi masing-masing mencatatkan kenaikan sebesar 16,7% YoY dan 57,27% YoY.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(dwa/tas)

from CNBC Indonesia https://ift.tt/2nOrga8
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment