Tuesday, September 17, 2019

Sindrom Serangan Saudi, Kilang RI Perlu Sistem Anti Drone

Jakarta, CNBC Indonesia - Serangan drone yang menyerang kilang minyak Saudi Aramco dinilai harus menjadi pelajaran, terutama untuk Indonesia.

Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengimbau, agar para pemilik kilang minyak dan fasilitas produksi di Indonesia mulai berjaga-jaga dan antisipasi dari kasus yang menimpa Saudi Aramco.

"Jadi kita imbau nanti suruh yang punya kilang minyak produksi minyak, untuk pasang kalau bisa anti drone ya, kan ada kan," paparnya.
Lebih lanjut dirinya mengatakan belum ada badan usaha yang merespons karena ini masih baru. Diharapkan agar semua bisa segera kembali normal. "Enggak ini kan baru, belum ini masih aman, mudah-mudahan kembali normal," imbuhnya.

Ia mengakui, kemarin harga minyak mengalami kenaikan ke level US$ 67,83 per barel, dari posisi dua hari lalu, di US$ 67,10.

"Iya naik, tapi tidak sampai satu dolar kan," kata Djoko di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (17/9/2019).
Menurut Djoko, kenaikan harga minyak dunia tersebut masih dalam kondisi aman terhadap pembentukan harga BBM. Pasalnya, harga minyak Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) masih di bawah harga Brent. Sehingga, menurutnya masih ekonomis.

Lebih lanjut, dia menjelaskan untuk perkiraan ICP pada Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2020 dipatok sebesar US$ 63 per barel, besaran ICP tersebut disepakati mendekati level harga minyak mentah brent saat ini.

"Nah ini kan kira-kira kalau ICP-nya kan berarti kurang lima, US$ 67 kurang US$ 5, jadi US$ 62,83, nah kemarin kita kan patoknya US$ 63 untuk 2020, jadi masih oke kok," tuturnya.

Sebelumnya, Djoko menjelaskan produksi Aramco bisa mencapai 13,6 juta barel sehari, sementara akibat serangan drone yang terganggu sekitar 5,7 juta barel. "Berarti masih ada sisa 7,9 juta barel per hari produksinya, kebutuhan kita cuma 0,11 juta barel," kata Djoko.

Menurutnya, serangan di kilang ini akan berdampak pada produksi crude di Saudi Aramco, namun perusahaan akan tetap mencoba memenuhi komitmen yang sudah diteken. Untuk produk minyak seperti BBM, sampai saat ini belum ada kabar gangguan produksi. "Kita belum dapat informasi, mudah-mudahan gak dari sana, cuma crude saja."

Semestinya, pengapalan minyak dari Aramco ini jalan di akhir September nanti. Sebagai antisipasi gangguan, pemerintah menyiapkan pembelian minyak dari Exxon. "Kita beli minyak Exxon nanti, dari Cepu kan ada bagian Exxon. Nanti kami beli, tanggal 20 September saya mau resmikan pembelian pertama minyaknya Exxon, kalau ini terganggu."

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) Dwi Soetjipto menambahkan insiden di kilang Saudi Aramco lebih berdampak global, terutama kepada harga minyak dunia. "Tapi kalau sudah diperbaiki pun kembali normal, kalau dilihat hari ini ada kenaikan tapi tidak banyak betul. Saya kira ini gambaran supply-demand dunia,".

[Gambas:Video CNBC]

(sef/sef)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2MaLVhx
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment