Tuesday, September 24, 2019

JKT-SBY Pakai Kereta Cepat Rp400 Ribu Cuma 5,5 Jam

Jakarta, CNBC Indonesia - Tarif kereta semi-cepat Jakarta-Surabaya mulai dihitung meski masih dalam tahap feasibility study (FS). Perkiraan awal, tarifnya hanya Rp 400 ribu.

"Kurang lebih Rp 400 ribu. Itu menjadi nilai yang sangat diminati. Nah oleh karenanya kita akan optimalisasikan antara berapa investasi, berapa yang kita bebankan. Karena ini enggak mungkin subsidi," ungkap Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Hotel Pullman Jakarta, Selasa (24/9/2019).

Rencananya, KA ini hanya memerlukan waktu tempuh 5,5 jam dari Jakarta ke Surabaya dan sebaliknya. Waktu tempuh ini jauh lebih singkat dibandingkan dengan kereta konvensional bisa sampai 8-9 jam. Ditargetkan, 9 juta penumpang per tahun terangkut kereta tersebut.

"Dengan return katakanlah 10 tahun. Akan ketemu Rp 400 ribu, tapi ini belum final. Ekspektasi kita itu Rp 400-450 ribu. Tapi kalau ternyata investasinya lebih dari Rp 60 triliun mungkin harganya juga akan naik," urainya.

Tarif tersebut bakal menjadi pilihan yang cukup kompetitif. Pasalnya, harga yang dipatok relatif lebih murah dibandingkan tarif pesawat terbang.

Selain itu, kereta semi-cepat Jakarta-Surabaya juga bisa bersaing dari segi waktu tempuh. Waktu tempuh yang ditawarkan tak jauh berbeda jika dibandingkan menggunakan pesawat terbang, tentu saja ditambah dengan waktu tunggu boarding dan perjalanan ke bandara.

Namun, Budi Karya yakin kereta ini tak akan mematikan bisnis penerbangan. Sebaliknya, akan ada suatu kolaborasi.

"Enggak [mematikan pasar pesawat]. Kita kolaborasi, ada yang senang terbang," katanya.

Tutup Perlintasan Sebidang

Sekitar 500 perlintasan sebidang harus ditutup demi proyek kereta semi cepat Jakarta-Surabaya. Sebagai gantinya, bakal dibangun infrastruktur agar perlintasan tersebut tak lagi sebidang.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, menyebut, sementara data perlintasan sebidang yang akan ditutup sebanyak 500. Jumlah itu terdiri dari perlintasan legal dan ilegal.

"Baik di kota dan luar kota, baik legal dan ilegal itu banyak, kami survei sekitar 500 lintasan sebidang yang harus steril," urai Basuki di Hotel Pullman, Selasa (24/9/2019).

Pihaknya akan membangun flyover, underpass dan jembatan penyeberangan orang (JPO) di perlintasan tersebut. Menurutnya, untuk wilayah perkotaan lebih baik dibangun flyover.

"Tapi kalau di desa lebih baik underpass, juga JPO," urainya.

Selain itu, beberapa konstruksi di sekitar jalur juga perlu dilakukan. Hal ini untuk menyesuaikan spesifikasi jalur dengan sarana kereta semi-cepat.

"Perbaikan alignment, kecepatan (kereta) sekarang rata-rata 80-90 km per jam. Kalau ditingkatkan jadi 160 km per jam maka menikungnya pasti akan berubah. makanya ada perbaikan alignment, makanya pasti ada pembebasan lahan," katanya.

Semua pembangunan ini, kata Basuki, akan menggunakan material dalam negeri. Misalnya dengan menggunakan material besi dari Krakatau Steel yang dipakai untuk pembangunan Flyover Antapani di Bandung.

"Flyover di Bandung antapani itu murah sekali menghemat 40% dibandingkan beton biasa dan 6 bulan selesai tol Antapani itu. Banyak produk dalam negeri yang bisa kita manfaatkan," katanya.

(hoi/hoi)

from CNBC Indonesia https://ift.tt/2lmNPlE
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment