Saturday, September 28, 2019

5 Negara Ini Berada di Ujung Jurang Resesi, RI Gimana?

Jakarta, CNBC Indonesia - Resesi yang didefinisikan sebagai perlambatan aktivitas ekonomi dalam dua kuartal berturut-turut atau lebih dalam satu tahun memang menjadi momok setiap negara di dunia ini.

Bagaimana tidak? Wabah resesi memang berpotensi menyebar layaknya virus flu. Menyebar dengan cepat.

Pada dasarnya, jika suatu negara resesi tentu akan berdampak pada negara lain. Karena satu negara dengan negara lain dihubungkan oleh kegiatan perdagangan dan investasi bisnis.

Apalagi kalau yang resesi negara macam Amerika Serikat. Beuh! Dampaknya bisa terkontraksi ekonomi dunia. Ibaratnya, Amerika yang batuk, negara lain mungkin meriang.


Perlu diketahui bahwa Amerika saat ini masih menjadi negara dengan perekonomian terbesar di dunia, China berikutnya. Amerika bukan cuma negara konsumen terbesar di dunia tetapi juga negara tempat sebagian besar investor, termasuk investor pasar modal, berada.

Nah akhir-akhir ini isu resesi terus digaungkan. Memangnya negara mana saja sih yang berada dalam jurang resesi?

Dari penelusuran tim riset CNBC setidaknya ada lima negara yang berada di ambang jurang resesi yaitu Inggris, Italia, Jerman, Hong Kong dan Singapura.

Inggris
Pada kuartal II-2019, ekonomi Negeri John Bull alias Inggris tumbuh 1,2%. Melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 1,8% dan menjadi angka terendah sejak awal 2018. Sementara untuk periode Mei-Juli, ekonomi Inggris tidak tumbuh alias 0%.

"Pertumbuhan ekonomi stagnan karena kontraksi di sektor konstruksi dan manufaktur. Sementara sektor jasa, yang menyumbang sebagian besar aktivitas ekonomi, masih tumbuh, tetapi melambat sepanjang 2019," kata Rob Kent-Smith, Ekonom Biro Statistik Inggris (ONS), seperti dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu (28/9/2019).

Sementara itu kondisi semakin pelik dengan adanya kondisi geopolitik Inggris yang membingungkan terutama terkait dengan Brexit atau keluarnya Inggris dari Uni Eropa.


Italia
Ekonomi Italia memasuki resesi setelah mencatat pertumbuhan -0,1% secara kuartalan atau quarter-on-quarter (QoQ) pada kuartal III dan IV 2018.

Meski berhasil bangkit di 3 bulan pertama tahun ini setelah tumbuh 0,1% (QoQ), tapi kembali stagnan 0% di periode April-Juni. Hal tersebut menunjukkan masih rapuhnya kondisi ekonomi Italia yang merupakan negara dengan nilai ekonomi terbesar ketiga di zona euro.


Jerman
Jerman sebagai raksasa ekonomi Benua Biru, paling menjadi sorotan. Sang raksasa kini sedang lesu, tidak lama lagi sepertinya akan mengalami resesi.



Sebagai negara yang mengandalkan ekspor sebagai roda penggerak perekonomian, sektor manufaktur Jerman justru mengalami kontraksi sembilan bulan beruntun. Di bulan ini, kontraksi bahkan mencapai yang terdalam dalam lebih dari satu dekade terakhir. 



Markit melaporkan manufaktur PMI Jerman bulan September sebesar 41,4, turun dari bulan sebelumnya 43,5. Sementara sektor jasa meski masih berekspansi mengalami pelambatan menjadi 52,5 dari sebelumnya 54,8.




Pertumbuhan ekonomi Negeri Panser di kuartal II-2019 mengalami kontraksi sebesar 0,1% (QoQ). Dengan aktivitas manufaktur yang terus memburuk, maka di kuartal III-2019 Jerman berpeluang besar kembali mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi lagi, sehingga masuk ke jurang resesi. 

BERLANJUT KE HALAMAN 2: Nasib Hong Kong dan Singapura (twg/tas)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2o2tlPY
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment