Monday, September 30, 2019

Yakin Stock Split Bikin Saham Jadi Rame? Ini Data Historisnya

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) berencana menggelar stock split atau pemecahan nilai nominal saham, guna mendongkrak likuiditas saham di pasar.

Apakah aksi korporasi serupa secara historis sukses mencapai targetnya? Berikut ini ulasannya.

Menurut catatan Tim Riset CNBC Indonesia, emiten konsumer tersebut bakal menjadi emiten keempat yang menggelar stock split di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun ini, setelah sebelumnya PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Sky Energy Tbk (JSKY) dan PT Toba Bara Sejahtera Tbk (TOBA) melakukan aksi korporasi serupa.

Bagi Unilever Indonesia, stock split ini merupakan yang ketiga kali dilakukan setelah dua stock split sebelumnya digelar pada tahun 2000 dan 2003, masing-masing dengan rasio pemecahan sama yakni 1:10. Artinya, tiap 1 saham UNVR dipecah menjadi 10 saham.


Sebagai ilustrasi, jika anda memiliki 1 saham Unilever setara 10% dari total saham perseroan, maka setelah stock split kepemilikan anda berubah jadi 10 unit saham.

Hal serupa juga terjadi untuk semua pemegang saham termasuk pengendali, sehingga persentase kepemilikan saham anda di Unilever tetap 10% meski angka itu kini setara 10 saham dan bukan lagi 1 saham.

Hanya saja, pemecahan tersebut membuat harga per unit saham menjadi 1/10 lebih murah dari harga sebelumnya. Misalnya Unilever melakukan stock split tahun ini dengan rasio sama seperti dulu yakni 1:10 maka akan membuat harga saham menjadi ke level Rp 4.635 per unit, dari harga saat ini Rp 46.350 per saham.

Anda kelak hanya perlu merogoh Rp Rp 463.500 untuk beli 1 lot saham UNVR, dan bukannya Rp 4.635.000 seperti sekarang ini.

Sebagai informasi, pada perdagangan pukul 11.08, Selasa (1/10/2019), harga saham UNVR di level Rp 46.575 per saham.

Dus, dengan stock split, harga saham menjadi lebih terjangkau bagi lebih banyak investor (bukan hanya investor bermodal besar/trader kakap).


Jika lebih banyak investor mentransaksikan saham perseroan, maka likuiditas saham UNVR pun berpeluang meningkat. Bagi trader, likuiditas termasuk kunci dalam berinvestasi saham. Mudah beli, mudah juga menjual (karena banyak yang meminati).

Untuk mengecek lebih jauh mengenai konsistensi hubungan antara stock split dan peningkatan likuiditas, Tim Riset CNBC Indonesia mengumpulkan data 10 saham yang baru melakukan stock split.

Lalu, kami membandingkan perubahan bobot saham emiten terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebelum dan sesudah stock split.

Sebagaimana diketahui, bobot saham terhadap IHSG diukur dengan memasukkan faktor free float (saham yang beredar di pasar, alias dipegang publik). Semakin banyak publik yang memegang dan mentransaksikan (salah satunya dipicu oleh makin murahnya saham tersebut), maka semakin besar pula free float sebuah saham.


LANJUT KE HALAMAN 2: Stock split tak otomatis bobot saham naik

(ags/tas)

from CNBC Indonesia https://ift.tt/2n82B0E
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment