Friday, August 23, 2019

IPO Anak Usaha BUMN Sepi Ajah, Ini Wejangan Darmin

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat jumlah penawaran perdana saham (initial public offering/IPO) hingga akhir Juli lalu mencapai 32 emiten baru, atau sudah 56% dari target IPO tahun ini yang dipatok sebanyak 57 emiten, sama dengan realisasi  penerbitan emiten baru tahun 2018.

Bahkan hingga pertengahan Agustus ini, aktivitas IPO masih sepi karena belum ada yang mencatatkan saham lagi setelah terakhir pada 12 Juli lalu yakni PT Hensel Davest Indonesia Tbk. (HDIT).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menegaskan upaya mendorong BUMN untuk masuk bursa atau mencari dana di pasar modal terus dilakukan.

"

Yailayah tentu saja [akan didorong pendanaan dari pasar modal], kita akan turun terus supaya [masuk bursa]...apalagi BUMN," kata Darmin usai membuka acara Capital Market Summit & Expo 2019 di Assembly Hall, Jakarta Convention Center, Jumat (23/8/2019).

Beberapa anak usaha BUMN memang tengah dalam proses IPO kendati ada juga yang menunda prosesnya tahun depan. Sejumlah anak usaha BUMN itu di antaranya PT Wika Realty, PT Pelabuhan Tanjung Priok, PT Wika Industri dan Konstruksi, dan PT Rumah Sakit Pelni.

Adapun dua anak usaha PT Adhi Karya Tbk yakni PT Adhi Commuter Properti (ACP) dan 
PT Adhi Persada Gedung (APG) akhirnya menunda IPO tahun depan.

Pencatatan saham perusahaan BUMN ini mulai dilakukan sejak 1991 dengan tercatatnya saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) yang saat itu bernama Semen Gresik.


Terakhir kali BUMN listing di antaranya PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) pada 11 Februari 2011 dan PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) pada 28 Juni 2013. Setelah itu, praktis dalam beberapa tahun terakhir hanya anak-anak perusahaan BUMN yang aktif mencatatkan saham di bursa.

Tahun lalu, anak usaha BUMN yang listing ialah PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) pada 9 Juli 2018, anak usaha PT Pelabuhan Indonesia II (Persero), dan PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU) pada 28 Mei 2018, anak usaha PT Pertamina (Persero).

Dalam kesempatan itu, Darmin mengatakan untuk mendorong ketertarikan IPO, maka bagi perusahaan atau calon emiten, perlu ada kemudahan bagi mereka untuk mencatatkan saham perdana melalui integrasi sistem penyampaian dokumen penawaran umum yang ditujukan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan BEI.

"Selanjutnya mendukung pendanaan terhadap perusahaan skala menengah dan kecil, mempermudah perusahaan skala ini untuk masuk dan memperloeh pendanaan dari pasar modal. Salah satunya menerapkan segmen pendanaan berdasarkan ukuran perusahaan yang membutuhkan dana," tegasnya.

Mantan Gubernur Bank Indonesia ini juga mengatakan saat ini sedang dikaji relaksasi bagi perusahaan dengan aset skala kecil dan menengah (UKM) yang telah menjadi emiten, tanpa mengurangi kualitas keterbukaan informasi yang perlu diketahui investor.

Menurut dia pasar modal adalah sungguh-sungguh alternatif pembiayaan bagi perusahaan, dan itu bukan basa-basi.

Dalam kesempatan itu, Ketua Dewan Komisaris OJK Wimboh Santoso mengatakan, di pasar modal secara year to date, penghimpunan dana sudah mencapai Rp 112,4 triliun, sementara ada 29 emiten baru. Adapun total dana pengelolaan perusahaan manajer investasi sudah mencapai Rp 805 triliun, naik 7,6%.

"Tentunya capaian tidak terlepas upaya bersama lembaga pemerintah, stakeholder, SRO, tidak boleh berpuas diri, kita mendorong perekonomian kita 5,3% dalam RAPBN, penghimpunan dana di pasar modal harus mencapai Rp 190 triliun di 2020," kata Wimboh.

(tas)

from CNBC Indonesia https://ift.tt/2L6TOUo
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment