Hal ini ditegaskan mantan juru runding Gedung Putih Clete Willems menanggapi eskalasi perang dagang yang kian tak tentu arah. Willems merupakan negosiator perdagangan AS termasuk dalam perdagangan dengan China.
Foto: Infografis/ Kronologi perang dagang AS-China belum temukan titik terang/Aristya Rahadian Krisabella
|
"Jika orang-orang di Jepang, di Uni Eropa, Inggris, Prancis ingin melihat lebih banyak kepastian di China, mereka harus membantu Amerika Serikat untuk menekan China agar mau membuat kesepakatan," kata Willems sebagaiman dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (28/8/2019). "Karena perusahaan mereka dirugikan praktik perdagangan tidak adil yang sama ini,".
Bahkan ia berujar Presiden Prancis Emmanuel Macron telah menyinggung keprihatinannya atas China ketika ia menyerukan reformasi peraturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) di pertemuan Kelompok 7 (G-7) di Prancis.
"Saya pikir apa yang Presiden Macron katakan hari ini benar-benar berguna, dia pada dasarnya berbicara tentang bagaimana WTO (World Trade Organization) perlu direformasi untuk menangani praktik perdagangan tidak adil, dengan perlindungan kekayaan intelektual, itu benar-benar kode untuk 'kami juga peduli dengan China," jelasnya.
Ditegaskannya, dukungan dunia terutama para sekutu AS sangat penting untuk menghasilkan suatu perjanjian dagang. Oleh karenanya ia mengatakan, negara-negara seperti Eropa dan Jepang harus memberi kepercayaan pada AS dalam mengatasi masalah perdagangan sebagai kepentingan pribadi mereka.
Masalah seputar transfer teknologi secara paksa telah menjadi titik penting dalam pembicaraan perdagangan AS-China. Apalagi, AS sering menuduh China melakukan pencurian kekayaan intelektual. Namun, hal itu telah dibantah China.
"Saya pikir pesan yang keluar dari G-7, lebih dari segalanya, adalah persatuan. Saya berharap pemerintah di Amerika dapat memanfaatkannya," ujarnya.
KTT G7 di Prancis merilis pernyataan yang menyerukan reformasi pada lembaga WTO. Pernyataan itu termasuk untuk melindungi kekayaan intelektual secara lebih efektif, untuk menyelesaikan perselisihan lebih cepat, dan untuk memberantas praktik-praktik perdagangan yang tidak adil.
"Cara paling efektif ke depan dalam menyelesaikan hubungan perdagangan dengan China adalah memastikan bahwa perdagangan adalah bagian dari aturan perdagangan internasional," kata Macron pada konferensi pers bersama dengan Presiden AS Donald Trump.
Ia juga mengatakan bahwa China, sebagai ekonomi utama yang banyak menarik investasi dari AS, Eropa, Kanada, dan Jepang, perlu menegakkan hukum perdagangan.
Pada pertemuan KTT G7 Senin lalu, Trump mengatakan China sangat ingin membuat kesepakatan perdagangan dengan negaranya. Trump juga mengatakan pejabat China melalukan panggilan telepon ke AS untuk meminta melakukan perundingan dagang lagi.
Namun juru bicara kementerian luar negeri China, Geng Shuang, mengatakan dia tidak mengetahui adanya panggilan telepon antara kedua pihak. Bahkan klaim Trump dianggap sebagai hal yang melebih-lebihkan.
Sebelumnya, pekan lalu, China mengatakan akan memberlakukan tarif baru atas barang-barang Amerika senilai US$ 75 miliar. Sebagai balasan, Trump mengatakan akan menaikkan lagi tarif impor US$ 550 miliar dari China.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang kembali menegaskan bahwa ia tidak mengetahui negaranya melakukan panggilan telepon dengan AS. "Saya belum mendengar situasi ini mengenai dua panggilan yang disebutkan AS pada akhir pekan," katanya pada konferensi pers Selasa.
Dalam konferensi pers tersebut, Geng Shuang juga menyatakan China prihatin dengan langkah AS yang kembali menaikkan tarif impor untuk barang-barang negaranya. "Menyesal, AS telah semakin meningkatkan tarif pajak ekspor China ke AS. Tekanan ekstrem ini murni berbahaya bagi kedua belah pihak dan tidak konstruktif sama sekali," katanya lagi.
Ia pun berharap pemerintah AS dapat bertindak rasional. "Kami berharap bahwa AS dapat menjaga ketenangan, kembali ke rasionalitas, menghentikan praktik yang salah, dan menciptakan kondisi bagi kedua belah pihak untuk melakukan konsultasi atas dasar saling menghormati, kesetaraan, dan saling menguntungkan," ujarnya.
Media pemerintah China, Xinhua, juga bersikap tegas terhadap perang dagang. "China tidak dan tidak akan menyerah," kata Xinhua dalam sebuah kolom editorial.
Xinhua juga menyebut langkah Trump memerintahkan perusahaan AS agar meninggalkan China sebagai hal yang paling konyol. "Dengan memainkan trik lama bullying dan tekanan maksimum, pemerintah AS telah meningkatkan ketegangan perdagangan berulang kali dan mencoba memaksa China untuk menerima tuntutan irasionalnya," tulis media tersebut.
(sef/sef)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2ZxFxFw
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment