Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) jatuh pada pembukaan perdagangan Rabu (28/8/2019) setelah pelaku pasar melihat kurva inversi lanjutan di dua surat utang pemerintah AS (US Treasury) yang menjadi indikasi naiknya kekhawtiran resesi.
Indeks Dow Jones Industrial Average dibuka turun sebesar 0,4% (113 poin) pada pembukaan pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB), dan kemudian menyempit menjadi 17,8 poin (0,07%) ke 25.760,06 setengah jam kemudian. Indeks S&P 500 tertekan 0,14% (3 poin) ke 2.866,6 dan indeks Nasdaq melemah 0,3% (20,9 poin) ke 7.806,08.
Rentang (spread) antara US Treasury tenor 10 tahun dan tenor 2 tahun sempat tertekan hingga minus 6 basis poin (bp) pada Rabu, memperpanjang koreksi pada sesi sebelumnya yang sempat menyentuh level terendahnya sejak 2007.
Ketika kondisi ekonomi sedang bergejolak akibat ketakpastian, pelaku pasar obligasi menyerbu US Treasury tenor 10 tahun hingga harganya naik, dan imbal hasilnya (yield) tertekan hingga lebih rendah dari yield surat berharga serupa yang bertenor 2 tahun.
Di sisi lain, yield US Treasury yang bertenor 30 tahun anjlok ke level terendahnya yang baru pada 1,906%. Harga saham Bank of America pun tertekan 0,8% sedangkan harga saham J.P. Morgan Chase surut 0,5%.
Namun, Perencana Investasi MRB Partners Prajakta Bhide menilai ketakutan resesi terlalu dilebih-lebihkan. "Inversi kurva imbal hasil tahun ini merupakan gejala tekanan pertumbuhan eksternal dan distorsi kuat di imbal hasil obligasi global, tidak mencerminkan kebijakan The Federal Reserve yang ketat," tulisnya dalam laporan riset, sebagaimana dikutip CNBC International.
Bahkan, lanjutnya, jikapun kurva inversi menangkap kekhawatiran pelaku pasar di tengah ketakpastian ekonomi global, perspektif yang berimbang menunjukkan bahwa angka pertaruhan bahwa resesi terjadi dalam 12 bulan ke depan besarannya tak mencapai 20%.
Investor masih memonitor ketat perkembangan perang dagang antara AS dan China, yang memicu tekanan terhadap perekonomian global, sehingga memicu mayoritas otoritas moneter dunia merespon dengan memangkas suku bunga acuan dan menggelontorkan stimulus.
Gedung Putih dijadwalkan mengenakan tarif putaran pertama terhadap produk China senilai total US$300 miliar pada Minggu. China bakal melawan dengan pengenaan tarif atas produk AS pada hari yang sama.
TIM RISET CNBC INDONESIA(ags/ags)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2HxPlt8
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment