Friday, August 23, 2019

China Melawan, Wall Street Dibuka Terperosok 121 Poin

Jakarta, CNBC Indonesia-Bursa Amerika Serikat (AS) masuk ke jalur merah di pembukaan perdagangan Jumat (23/8/2019) setelah China menyatakan akan balas mengenakan tarif terhadap produk impor asal AS.Indeks Dow Jones Industrial Average terpeleset 0,46% (121,31 poin) pada sesi pembukaan pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB) dan kian parah 15 menit kemudian ke  0,53% (139,17 poin) ke 26.133,07. Di sisi lain indeks S&P 500 tertekan 0,6% (17,87 poin) sedangkan indeks Nasdaq surut 0,9% (71,7 poin) ke 7.920,56.Beijing menyatakan tengah menyiapkan tarif balasan yang akan menimpa produk AS senilai total US$75 miliar, termasuk otomotif. Tarif tersebut akan berkisar antara 5% hingga 10% dan akan diimplementasikan dalam dua putaran pada 1 September dan 15 Desember.Saham General Motors dan Ford Motor anjlok masing-masing sebesar 1,7% dan 2,1%. Sementara itu, saham Fiat Chrysler terpeleset 1,5% dan Tesla terkoreksi 1,4%.Keputusan Negeri Tirai Bambu ini mengeskalasi perang dagang yang telah berlangsung sejak tahun lalu. Pada awal bulan ini, Presiden AS Donald Trump mengatakan akan mengenakan tarif terhadap produk China senilai US$300 miliar, sebelum kemudian menundanya. Di tengah situasi itu, Gubernur The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell bakal berpidato di forum Jackson Hole yang dihadiri pengambil kebijakan dan ekonomi pada Jumat pukul 22:00 WIB. Dia menghadapi tantangan terbelahnya bank sentral AS, di tengah presiden yang ingin turut campur kebijakan moneter.

Jika The Fed tak memenuhi ekspektasi pasar, volatilitas pasar pun bakal terjadi dalam jangka pendek.

Fed funds futures terindikasi memperkirakan pemangkasan suku bunga acuan AS sebesar 25 basis poin (bp) dengan porsi pertaruhan 90% pada September, dan satu atau dua kali lagi pemangkasan sampai dengan akhir tahun.Kurva imbal hasil (yield curve) masih positif pada Jumat jelang pidato Powell. Rentang (spread) antara yield obligasi bertenor 10-tahun dan 2-tahun membentuk inversi pada Kamis setelah anggota Dewan Gubernur The Fed mengindikasikan pemangkasan September belum pasti.Pernyataan itu memicu kekhawatiran bank sentral bakal terlambat menyelamatkan ekonomi dari resesi. Namun, Presiden Fed St. Louis James Bullard kepada CNBC International mengatakan bahwa bank sentral harus terus memangkas suku bunga acuan demi menghindari kurva inversi."Jika Powell cukup dovish, maka imbal hasil obligasi tenor 10 dan dua tahun bisa melebar 5 bp, dan mengangkat bursa saham. Sebaliknya jika Powell tak cukup dovish, sangat mungkin muncul kurva inversi yang berimbas buruk bagi saham," tutur Tom Essaye, pendiri The Sevens Report, dalam laporan risetnya.TIM RISET CNBC INDONESIA (ags/ags)

from CNBC Indonesia https://ift.tt/33YewPd
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment