Bisnis Huawei yang bernilai US$100 miliar berpotensi terpukul setelah pada Mei lalu AS mengumumkan sanksi memasukkan Huawei ke daftar hitam (blacklist), yang membuat perusahaan butuh lisensi khusus untuk berbisnis dengan perusahaan AS.
Pendiri dan CEO Huawei Ren Zhengfei pernah memperkirakan sanksi tersebut akan membuat Huawei mengalami penurunan pendapatan sebesar US$30 miliar, yang membuat pendapatan perusahaan tidak tumbuh tahun ini.
"Sepertinya dampak negatifnya sedikit berkurang. Tetapi Anda harus menunggu sampai pengumuman kinerja keuangan kami pada Maret [2020]. Tetapi penurunan penjualan lebih dari US$10 miliar bisa terjadi,' ujar Deputi Chairman Huawei Eric Xu, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (24/8/2019).
Penjualan smartphone Huawei pada kaurtal II-2019 mencatatkan rekok tertinggi yang membuat tekanan AS tidak terlalu dirasakan oleh perusahaan pada kinerja keuangan. Promosi yang gencar dan munculnya sentimen patriotik dari masyarakat China yang menyerukan Boikot iPhone membuat penjualan di China meningkat pesat dan menutupi pelemahan penjualan luar negeri. Pada Semester I-2019, pendapatan Huawei tembus 221 miliar yuan.
Departemen perdagangan AS memberikan sanksi baru bagi Huawei dengan masukkan 40 lebih anak perusahaan dalam daftar hitam. Hal ini berpotensi menganggu rantai pasok Huawei. Sanksi kebijakan ini akan berlaku efektif pada 19 November 2019.
Foto: Infografis/Perang antara Trump & Huawei masih belum berhenti/Aristya Rahadian Krisabella
|
Menanggapi sanksi tersebut, Eric Xu mengatakan sanksi tersebut "tidak berarti" bagi Huawei, yang karyawannya, "sudah siap sepenuhnya" untuk bekerja di bawah sanksi.
Huawei memang terus berusaha mengurangi ketergantungan pada perusahaan lain. Untuk mengurangi ketergantungan pada chipset, Huawei memiliki Kirin. Sedangkan untuk Android, Huawei baru saja meluncurkan HongMeng.
(roy/roy)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/30tXqqd
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment