Tuesday, August 27, 2019

Ini Permintaan Pengusaha Soal Program Mobil Listrik Jokowi

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo telah mengeluarkan Perpres 55/2019 tentang Program Kendaraan Bermotor Listrik (KBL) Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle). Kebijakan ini disambut antusias kalangan pengusaha.

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menggelar diskusi bersama Kementerian terkait membahas rencana percepatan tersebut di kantor Kadin, Jakarta, Selasa (27/8/2019). Diskusi dipandu Ketua Kadin Rosan P Roeslani, dihadiri para pengusaha otomotif, perwakilan Kementerian ESDM, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian Perindustrian.

Pada kesempatan itu, para pengusaha menyampaikan beberapa usulan untuk program percepatan KBL. Keberadaan infrastruktur menjadi salah satu topik pembahasan.


Rosan mengutarakan usulan agar pemilik KBL mendapat insentif seperti bebas parkir di mall atau KBL tidak terkena aturan ganjil-genap. Usulan ini sebelumnya sudah disampaikan ke Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

"Saya sempat bicara (ke Anies) di satu acara Kadin DKI, saya bilang, Pak Anies, ini akan lebih baik lagi kalau pemerintah DKI mendorong electric car, hybrid car, kasihlah insentif ke pemilik kendaraan," ucap Rosan.

Selain itu, ia juga mengusulkan lokasi charging port dapat dijangkau pengemudi semisal tersedia di fasilitas publik seperti mall dan terutama SPBU Pertamina.


Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) akan menjadi lokasi pengisian ulang baterai mobil. Kementerian ESDM memastikan sistem ketenagalistrikan di Indonesia sudah siap jika nantinya jumlah KBL membludak.

Didit Waskito Kepala Subdit Kelaikan Teknik dan Keselamatan Ketenagalistrikan Didit Waskito memaparkan, daya mampu listrik nasional saat ini sebesar 36.968 MW dengan beban puncak 33.247 MW.

"Kesiapan listrik seandainya kendaraan listrik membludak sudah siap, jangan khawatir listrik ada," kata Didit.

Masukan lain datang dari pengusaha otomotif. Executive General Manager TAM Fransiskus Soerjopranoto memandang segmen pasar KBL.

Bagaimana seandainya KBL menyasar orang-orang yang tinggal di apartemen? Ini menjadi tidak efisien mengingat lokasi apartemen terbatas untuk mengisi ulang baterai. Kemudian kendala lain semisal saat KBL digunakan sebagai moda perjalanan mudik.

"Indonesia negara maritim, ada beberapa kekhususan misalnya mudik. Bayangkan mudik Jakarta-Surabaya, pasti yang kita pikirkan adalah charging, nah itu akan mengalami antrian panjang."

"Mayoritas individual customer memiliki satu mobil. Jadi bagaimana mempunyai home charging. Kalau dia di apartemen berapa home charging yang disiapkan di sana. Kebhinekaan Indonesia juga mempengaruhi, masyarakat belum tentu menerimanya langsung."

"Perlu bukti bahwa ini andal, butuh dipopulerkan. Kita untuk edukasi dari manual ke auto transmision butuh waktu 10 tahun," ucap Soerjopranoto.

[Gambas:Video CNBC]

(sef/sef)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2ZEsYws
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment