Pada pukul 20:46 WIB, poundsterling diperdagangkan di kisaran US$ 1,2233 atau menguat 0,88% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Rabu kemarin Johson mengunjungi Berlin-Jerman dan hasilnya positif. Kanselir Jerman, Angela Merkel, mengatakan Uni Eropa akan memikirkan solusi praktis untuk "backstop" yang ingin dihapus oleh Inggris.
PM Johnson sebelumnya berusaha membuka kembali negosiasi dengan Uni Eropa, termasuk perundingan kembali isu perbatasan antara Republik Irlandia dengan Irlandia Utara atau yang dikenal dengan "backstop" yang langsung ditolak mentah-mentah oleh Brussel.
Kini dengan dukungan dari Merkel, negosiasi sepertinya bisa dibuka kembali. Merkel mengatakan Inggris harus memberikan solusi terkait "backstop" dalam 30 hari.
Selanjutnya PM Johson bertandang ke Paris-Prancis, hasilnya lagi-lagi positif. Presiden Prancis Emanuel Macron mengatakan Perjanjian Penarikan (withdrawal agreement) bisa diamandemen untuk memungkinkan Inggris keluar dari Uni Eropa dengan kesepakatan.
Macron juga mengulangi pernyataan Merkel dimana masalah "backstop" harus ada solusi dalam 30 hari. Dengan dukungan dari dua tokoh besar tersebut, pelaku pasar bisa melihat adanya peluang Inggris terhindar dari no-deal Brexit.
No-deal Brexit merupakan kondisi Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun, yang dikhawatirkan akan membawa ekonomi Inggris ke jurang resesi.
Kecemasan akan terjadinya no-deal meningkat setelah Boris Johnson menduduki kursi pemerintahan tertinggi di Inggris menggantikan Theresa May. Johson sebelumnya berulang kali menyatakan akan membawa Inggris keluar dari Uni Eropa dengan kesepakatan (soft Brexit) atau tanpa kesepakatan sekalipun (no-deal).
Adanya harapan soft Brexit membuat poundsterling kini memiliki momentum untuk menguat. Dominic Schnider kepala forex dan komoditas untuk Asia Pasific dari UBS Global Wealth Management, pada akhir Juli lalu memprediksi jika sikap Boris Johnson melunak, maka peluang poundsterling untuk "terbang" akan terbuka lebar.
"Menjadi seorang perdana menteri, semua hal bisa berubah, dan kami pikir adanya sedikit kemungkinan negosiasi Brexit akan diperpanjang lagi," kata Schnider, sebagaimana dilansir CNBC International. "Jika pasar mulai sadar probabilitas hard Brexit (no-deal) terus menyusut, saya pikir poundsterling akan menguat kembali. Jadi kemungkinan kita akan melihat pounsterling bergerak ke arah Utara (menguat) di kisaran US$ 1,30 sampai US$ 1,35" tegas Schnider.
Di sisi lain, jika sampai 31 Oktober nanti no-deal Brexit yang terjadi poundsterling diprediksi akan mencapai level paritas melawan dolar AS (1 poundsterling = 1 dolar AS) oleh bank Morgan Stanley dan HSBC.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/roy)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/30pVtLd
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment