"Jika pekerjaan konstruksi sudah selesai, maka pekerjaan yang mengganggu perjalanan pun sudah tidak ada. Jadi asumsi kita paling tidak 30 menit sampai 1 jam bisa bertambah lebih cepat," jelas Budi Karya melalui keterangan tertulis yang dikutip CNBC Indonesia, Senin (23/9/2019).
Dia mendorong operator mempersiapkan strategi agar distribusi pengguna jalan tol Jakarta-Cikampek bisa merata. Sebab, jika jembatan terpanjang RI itu beroperasi, maka ada alternatif lewat tol layang atau at grade.
Selain itu, Budi Karya juga mengimbau agar keamanan pengguna jalan diperhatikan lebih serius. Pasalnya, tol layang ini minimal berada di ketinggian 6 meter di atas jalan tol di bawahnya.
"Persiapkan skenario apapun yang mungkin terjadi di atas jalan tol ini sehingga ketika beroperasi kita sudah siap dengan antisipasi tindak lanjutnya," bebernya.
Sementara itu, Direktur Operasi PT Jasa Marga (Persero) Tbk Subakti Syukur menjelaskan target lalu lintas harian rata-rata (LHR) Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated. Kendaraan di Jalan Tol Jakarta-Cikampek eksisting memiliki rata-rata LHR 70.000.
"Kami targetkan ada distribusi sekitar 40-50% dari angka tersebut yang akan naik ke jalan tol layang," urai Subakti.
Foto: Dok Kemenhub
|
Distribusi itu yang tengah dibahas secara intensif antara pemerintah dengan Jasa Marga. Pembahasan juga meliputi sistem tarif yang ditengarai juga berdampak pada distribusi kendaraan.
"Kami usulkan sistem tarif terintegrasi agar masyarakat dapat mudah memilih sesuai kebutuhan mau lewat atas atau lewat bawah," ujar Subakti. (hps/hps)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/330oIoV
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment