Monday, November 18, 2019

Saat Pasar Saham Memerah, Harga SUN Mampu Menguat Tipis

Jakarta, CNBC Indonesia -Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup naik tipis pada perdagangan hari ini, Senin (18/11/2019) justru ketika pasar saham tidak berhasil lepas dari zona koreksi.

Penguatan harga surat utang negara (SUN) didukung oleh masih kondusifnya pasar keuangan yang masih diselimuti sentimen positif Amerika Serikat (AS)-China. Adapun di pasar saham, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup dengan pelemahan tipis 5 poin atau 0,09% ke level 6.122,63.

Naiknya harga SUN itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang lain. 


Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.Seri acuan yang paling menguat adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 3,7 basis poin (bps) menjadi 7%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

 

Yield Obligasi Negara Acuan 18 Nov'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 15 Nov'19 (%)

Yield 18 Nov'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar IBPA 18 Nov'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.506

6.509

0.30

6.4862

FR0078

10 tahun

7.046

7.009

-3.70

7.0156

FR0068

15 tahun

7.446

7.429

-1.70

7.4032

FR0079

20 tahun

7.641

7.628

-1.30

7.6241

Sumber: Refinitiv


Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,02 poin (0,01%) menjadi 268,23 dari posisi kemarin 268,21.

Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 516 bps, menyempit dari posisi kemarin 521 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik 1,2 bps hingga 1,84% dari posisi kemarin 1,83%.


Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.069,47 triliun SBN, atau 39,01% dari total beredar Rp 2.734 triliun berdasarkan data per 14 November.

Angka kepemilikannya masih positif Rp 176,22 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan sebelumnya, investor asing tercatat keluar dari pasar SUN senilai Rp 750 miliar, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 11 triliun.

Dari pasar surat utang negara berkembang, mayoritas mengalami kenaikan harga sehingga yield mayoritas obligasi negara turun.

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 15 Nov'19 (%)

Yield 18 Nov'19 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil

6.71

6.69

-2.00

China

3.263

3.223

-4.00

Jerman

-0.332

-0.321

1.10

Prancis

-0.021

-0.011

1.00

Inggris

0.73

0.748

1.80

India

6.519

6.48

-3.90

Jepang

-0.097

-0.083

1.40

Malaysia

3.436

3.435

-0.10

Filipina

4.686

4.697

1.10

Rusia

6.48

6.45

-3.00

Singapura

1.774

1.779

0.50

Thailand

1.735

1.74

0.50

Amerika Serikat

1.834

1.846

1.20

Afrika Selatan

8.38

8.4

2.00

Sumber: Refinitiv

TIM RISET CNBC INDONESIA

 

(irv/tas)

from CNBC Indonesia https://ift.tt/2OllqHe
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment