Tuesday, November 26, 2019

Investor 'Buang' Saham Gegara MSCI, Sampai Kapan Asing Kabur?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan indeks saham dalam negeri masih akan tertekan selama beberapa waktu mengingat masih terjadinya proses penyesuaian (rebalancing) indeks MSCI. Proses yang sama juga terjadi untuk indeks Saudi yang juga mengalami penambahan pembobotan dalam indeks tersebut.

Direktur Perdagangan BEI Laksono Widodo mengatakan tertekannya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ini masih akan berlangsung hingga proses penyesuaian indeks yang menjadi acuan saham global ini selesai.

"Sampai China dan Saudi fully weighted di MSCI atau apabila MSCI decide [putuskan] untuk tidak memasukkan China ke Emerging Market index," kata Laksono kepada CNBC Indonesia, Rabu (27/11/2019).


Seperti diketahui, pada perdagangan kemarin, Selasa (26/11/2019) jumlah nilai transaksi meningkat tajam menjadi Rp 13,33 triliun. Namun asing masih mencatatkan jual bersih (net sell) dengan nilai mencapai Rp 1,57 triliun (tambahan net sell di pasar nego dan tunai Rp 22,62 miliar).

Laksono menyebutkan, terjadinya anomali ini semata-mata disebabkan karena adanya rebalancing dari indeks global ini. "MSC-lah ini. AS usual," katanya.

Hal ini memang terbilang tidak biasa, sebab nilai transaksi yang luar biasa besar ini terjadi setelah beberapa hari terakhir perdagangan saham hanya tercatat di bawah Rp 8 triliun per hari.


Ini bukan hanya penyesuaian (rebalancing) investor institusi global pada indeks MSCI Indonesia, tetapi juga pada indeks MSCI Emerging Market. Hal tersebut terkait dengan mulai ditambahkannya saham-saham kelas A asal China ke indeks-indeks MSCI Emerging Market yang sudah memasuki tahap ketiga. Masuknya saham-saham dari Negeri Tirai Bambu tersebut tentu dapat menurunkan bobot dari saham negara berkembang lain, termasuk Indonesia.

"MSCI akan mengimplementasikan tahap ketiga inklusi saham kelas A asal China ke indeks-indeks MSCI Emerging Markets. Saham kelas A China akan berbobot 12,1% dan 4,1% masing-masing dalam indeks MSCI China dan indeks-indeks MSCI Emerging Markets," tulis pengumuman MSCI pada 7 November.

Tahun lalu, Deutsche Bank pernah mengeluarkan estimasi bahwa jika inklusi saham-saham kelas A asal China ke dalam indeks-indeks MSCI Emerging Market tuntas, maka akan membuat porsi saham-saham asal Negeri Tirai Bambu bertambah menjadi 42%, sedangkan porsi Indonesia akan berkurang menjadi 1,76% dari sebelumnya 2,15%.

Aksi yang sama juga diprediksi akan memicu keluarnya dana asing dari pasar domestik mencapai Rp 16,5 triliun (saat itu setara US$ 1,2 miliar).

MSCI adalah indeks yang dibuat oleh MSCI Inc, yang awalnya dimiliki oleh perusahaan investasi global Morgan Stanley.

Adapun MSCI Inc. (Morgan Stanley Capital International) merupakan penyedia indeks saham dan obligasi terkemuka dunia. Indeks saham yang diracik perusahaan ini banyak dijadikan acuan oleh para manajer investasi dunia dalam mengelola dana investasi nasabah mereka.

Pada sesi I, Rabu ini (27/11/2019), IHSG ditutup menguat 0,02% di level 6.027,53 dengan net sell asing Rp 329,58 miliar. Nilai transaksi pada sesi I yakni Rp 4,28 triliun.

Simak penghuni baru MSCI global

[Gambas:Video CNBC]

 

(tas/tas)

from CNBC Indonesia https://ift.tt/33q5bxO
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment