Pada pukul 20:05 WIB, poundsterling melemah 0,32% ke level US$ 1,2857 di pasar spot, berdasarkan data Refinitiv. Pelemahan hari ini membalikkan performa bagus di awal pekan kemarin setelah menguat 0,53%.
Partai Konservatif diunggulkan akan memenangi Pemilu pada 12 Desember nanti. Meski demikian keunggulan tersebut kini kian menipis.
Reuters merilis hasil survei dari Kantar yang menunjukkan Partai Konservatif atau yang sering disebut Tory kini unggul 11 poin dari pesaing terberatnya, Partai Buruh. Beberepa pekan lalu, Partai Konservatif unggul 18 poin.
Senada dengan Kantar, hasil survei ICM untuk Reuters menunjukkan keunggulan Partai Konservatif pada pekan lalu sebesar 10 poin, kini menurun menjadi 7 poin.
Partai Konservatif merupakan partai pemerintah Inggris saat ini pimpinan Perdana Menteri Boris Johnson. Jika Partai Konservatif memenangi Pemilu dan meraih suara mayoritas di parlemen, maka hambatan proses perceraian Inggris dari Uni Eropa (Brexit) akan menjadi berkurang.
Seperti diketahui sebelumnya, proposal Brexit selalu kandas di Parlemen Inggris. Proposal terbaru yang dibuat PM Johnson dan telah disetujui oleh Komisi Eropa kandas lagi di Parlemen Inggris sehingga deadline Brexit yang seharusnya pada 31 Oktober lalu mundur menjadi 31 Januari tahun depan.
Sejak awal September, poundsterling menguat lebih dari 5% melawan dolar AS, salah satu penyebabnya adalah Partai Konservatif yang diramal akan memenangi Pemilu dan menguasai kursi mayoritas di Parlemen Inggris.
Tidak hanya itu, tahun depan poundsterling juga diprediksi akan melesat naik. Bank of America Merrill Lynch memprediksi poundsterling menguat 8% ke US$ 1,39 pada akhir 2020. Selain Bank of America Merrill Lycnh, masih banyak lagi bank investasi ternama yang memberikan pendapat sama.
Kini dengan menipisnya keunggulan tersebut, pelaku pasar cemas Tory bisa gagal mengamankan kursi mayoritas, dan masa depan Brexit kembali menjadi tanda tanya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2pRDPD7
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment