Thursday, August 1, 2019

Waduh! Harga SUN Terkoreksi 6 Hari Beruntun

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah melemah tipis pada perdagangan Jumat ini (2/8/2019) dan melanjutkan tren koreksi (bearish) yang sudah memasuki hari ke-6 sejak pekan lalu, seiring dengan kontraksi yang terjadi di pasar keuangan global hari ini.

Namun turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, vice versa.

Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.


SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield 6,4 basis poin (bps) menjadi 7,54%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Yield Obligasi Negara Acuan 2 Aug'19
Seri Jatuh tempo Yield 1 Aug'19 (%) Yield 2 Aug'19 (%) Selisih (basis poin) Yield wajar IBPA 1 Aug'19 (%)
FR0077 5 tahun 6.924 6.956 3.20 6.9016
FR0078 10 tahun 7.48 7.544 6.40 7.4637
FR0068 15 tahun 7.73 7.757 2.70 7.7664
FR0079 20 tahun 7.934 7.957 2.30 7.9183
Avg movement 3.65
Sumber: Refinitiv
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 566 bps, melonjak dari posisi kemarin 558 bps.

Yield US Treasury 10 tahun sudah amblas 14,3 bps hingga 1,87% dari posisi 31 Juli 2,02%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi 3 bulan-10 tahun yang membesar selisihnya hingga 20 bps, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.

Selisih rata-rata adalah di bawah 5 bps selama sebulan terakhir Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.013,04 triliun SBN, atau 39,26% dari total beredar Rp 2.580 triliun berdasarkan data per 31 Juli.

Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 119,79 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.

Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya turun 0,77% dan 0,74%.

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara Yield 1 Aug'19 (%) Yield 2 Aug'19 (%) Selisih (basis poin)
Brasil 7.25 7.28 3.00
China 3.168 3.151 -1.70
Jerman -0.453 -0.455 -0.20
Perancis -0.191 -0.193 -0.20
Inggris 0.593 0.585 -0.80
India 6.37 6.423 5.30
Jepang -0.133 -0.164 -3.10
Malaysia 3.611 3.568 -4.30
Filipina 4.667 4.679 1.20
Rusia 7.32 7.34 2.00
Singapura 1.921 1.865 -5.60
Thailand 1.86 1.82 -4.00
Amerika Serikat 1.892 1.878 -1.40
Afrika Selatan 8.325 8.375 5.00
Sumber: Refinitiv

TIM RISET CNBC INDONESIA

(tas/tas)

from CNBC Indonesia https://ift.tt/2MxLQpF
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment