Pada penutupan perdagangan hari Kamis (1/8/2019), harga alumina di pasar spot China Timur melemah 0,8% ke level CNY 2.480/metrik ton yang merupakan level terendah dalam 2 tahun.
Sebagai informasi, aluminium oksida atau yang biasa dikenal dengan alumina merupakan komoditas kunci dalam proses peleburan (smelting) logam aluminium.
Harga alumina sempat melonjak ke level CNY 3.170/metrik ton yang merupakan tertinggi dalam enam bulan pada Mei 2019. Kala itu penyebabnya adalah produksi alumina di provinsi Shaanxi, China yang terhenti karena alasan lingkungan.
Kejatuhan harga alumina juga akan mempengaruhi harga logam aluminium.
Harga aluminium kontrak tiga bulan ke depan di bursa London Metal Exchange (LME) saat ini berada di level US$ 1.780/metrik ton.
Bahkan harga aluminium yang sama sempat menyentuh level terendah dalam 18 bulan di level US$ 1.758/metrik ton pada 17 Juni 2019.
Harga alumina yang rendah membuat biaya produksi aluminium di pabrik-pabrik pengolahan aluminium ikut menyusut, yang berdampak pada penurunan harga.
Mengutip Reuters, penyebab penurunan harga alumina adalah produsen raksasa Brazil, Alunorte yang telah kembali beroperasi secara penuh. Kapasitas produksi alumina Alunorte mencapai 6,4 juta ton per tahun.
Pada Februari 2018 produksi alumina Alunorte sempat ditekan menjadi hanya 50% dari kapasitasnya. Hal itu terkait mandat pemerintah setempat terkait limbah tailing yang dihasilkan dalam proses produksi.
Namun pada Mei 2019, Alunorte telah diberi izin untuk berproduksi secara penuh di tahun 2019. Berdasarkan laporan kuartal II-2019 perusahaan, kapasitas produksi Alunorte telah mencapai 80-85%, dan diperkirakan akan naik ke kisaran 85-95% di kuartal IV-2019.
TIM RISET CNBC INDONESIA (taa/hps)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2YkWB66
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment