Yuan pada hari ini melemah 0,11% ke level Rp 2.017,92 berdasarkan data Refinitiv, sementara Jumat pekan lalu melemah 0,34%. Pelemahan kurs yuan terjadi setelah bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) melonggarkan kebijakan moneter pada Sabtu (17/8/19) lalu.
Pelonggaran kebijakan moneter tersebut dilakukan untuk menurunkan biaya pinjaman bagi dunia usaha dan memberikan bantuan ke pertumbuhan ekonomi yang sedang melambat akibat perang dagang dengan Amerika Serikat (AS).
Loan prime rate (LPR) dirubah oleh PBoC dan dikaitkan dengan medium-term lending facility (MLF) yang berlaku efektif mulai hari Selasa, semua itu sama dengan pemangkasan suku bunga pinjaman sebesar 45 basis poin, menurut analisis dari Bank ANZ, sebagaimana dikutip Reuters.
Pelonggaran kebijakan moneter tentunya akan menambah jumlah uang yang beredar dan nilai tukar menjadi melemah.
Meski demikian dalam pergerakan yuan ke depannya dikatakan akan dipengaruhi oleh negosiasi dagang AS-China, menurut seorang trader yang dikutip Reuters.
Mata uang yuan menjadi sorotan dunia setelah PBoC secara mengejutkan mendevaluasi nilai tukar yuan ke level terlemah lebih dari satu dekade melawan dolar AS dua pekan lalu. Hal tersebut memicu kecemasan akan terjadinya perang mata uang, bahkan China diberi label "Manipulator Mata Uang" oleh pemerintah AS.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menunjukkan kekhawatiran akan pelemahan kurs yuan. Pada Selasa pekan lalu Jokowi mengumpulkan jajaran Menteri Ekonomi dan pemangku kepentingan terkait di Istana Merdeka untuk membahas hal tersebut.
Di bulan Agustus yuan melemah 0,82% melawan rupiah, dan sepanjang tahun berjalan atau secara year-to-date melemah 3,2%. Berikut tabel pergerakan yuan melawan rupiah di pasar spot, berdasarkan data Refinitiv.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2NijgsH
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment