IHSG berhasil melaju di zona hijau kala mayoritas bursa saham utama kawasan Asia justru terjebak di zona merah: indeks Nikkei turun 0,4%, indeks Hang Seng jatuh 0,3%, dan indeks Kospi melemah 0,3%.
Sejatinya, ada kabar positif bagi bursa saham Benua Kuning yakni asa terkait damai dagang AS-China yang sejatinya masih ada. Kemarin (6/8/2019) waktu setempat dalam wawancara dengan CNBC International, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan bahwa Presiden AS Donald Trump masih terbuka untuk menandatangani kesepakatan dagang dengan China.
Jika kesepakatan dagang kedua negara bisa diteken, Kudlow menyebut bahwa akan ada fleksibilitas terkait dengan bea masuk terhadap produk impor asal China.
Seperti yang diketahui, pada hari Kamis (1/8/2019) Trump mengumumkan bahwa AS akan mengenakan bea masuk baru senilai 10% bagi produk impor asal China senilai US$ 300 miliar yang hingga kini belum terdampak perang dagang. Kebijakan ini akan mulai berlaku pada tanggal 1 September. Kacaunya lagi, Trump menyebut bahwa bea masuk baru tersebut bisa dinaikkan hingga menjadi di atas 25%.
"AS akan mulai, pada tanggal 1 September, mengenakan bea masuk tambahan dengan besaran yang kecil yakni 10% terhadap sisa produk impor asal China senilai US$ 300 miliar yang masuk ke negara kita," cuit Trump melalui akun @realDonaldTrump.
Pengumuman dari Trump ini datang pasca dirinya melakukan rapat dengan Menteri keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer terkait dengan hasil negosiasi di Shanghai pada pekan kemarin.
China pun tak terima dengan sikap Trump yang 'ngegas' tersebut. Kemarin pagi waktu setempat, China mengumumkan balasan terkait dengan bea masuk baru yang akan dieksekusi oleh AS pada awal September mendatang dengan mengonfirmasi pemberitaan bahwa perusahaan-perusahaan asal China akan berhenti membeli produk agrikultur asal AS.
Melansir CNBC International, seorang juru bicara untuk Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan asal Negeri Panda telah berhenti membeli produk agrikultur asal AS sebagai respons dari rencana Presiden AS Donald Trump untuk mengenakan bea masuk baru yang menyasar produk impor asal China senilai US$ 300 miliar.
Aksi jual di bursa saham Asia tetap dilakukan pada hari ini seiring dengan langkah yang diambil People's Bank of China (PBOC) selaku bank sentral China untuk terus menetapkan titik tengah yuan di level yang lebih lemah.
Melansir CNBC International, PBOC menetapkan titik tengah yuan pada hari ini di level 6,9996/dolar AS, lebih lemah dibandingkan titik tengah pada perdagangan kemarin di level 6,9683/dolar AS. PBOC terus saja melemahkan yuan kala Kementerian Keuangan AS sudah melabeli China dengan julukan "manipulator mata uang".
Ditengarai, langkah PBOC yang terus saja melemahkan nilai tukar yuan dimaksudkan sebagai bentuk lain serangan balasan China terhadap bea masuk baru yang akan dieksekusi AS pada awal bulan depan. Ketika yuan melemah, maka produk ekspor China akan menjadi lebih murah sehingga permintaannya bisa meningkat.
Dikhawatirkan, langkah dari bank sentral China ini akan membuat AS semakin panas yang pada akhirnya akan berakibat pada kian sulitnya kedua negara untuk meneken kesepakatan dagang.
Di sisi lain, aksi beli di pasar saham tanah air dilakukan seiring dengan koreksi IHSG yang sudah begitu dalam. Sepanjang bulan Agustus (hingga perdagangan kemarin, 6/8/2019), IHSG selalu mencetak koreksi. Jika ditotal, koreksi IHSG dalam periode 1 hingga 6 Agustus adalah sebesar 4,24%.
Koreksi IHSG yang sudah begitu dalam praktis membuka ruang bagi pelaku pasar saham tanah air untuk melakukan aksi beli pada hari ini.
BERLANJUT KE HALAMAN 2 (ank/hps)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2GOuWzl
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment