GrabFood sudah tersedia di Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, Filiphina dan Vietnam.
"Kami telah melihat pertumbuhan luar biasa dalam bisnis makanan kami," ujar co-chief and regional head GrabFood Kell Jay Lim, seperti dikutip dari CNBC International, Sabtu (21/9/2019).
Grab meluncurkan pengantar makanannya pada 2016, bisnis ini semakin besar usai mengakuisisi Uber Asia Tenggara. Dengan kata lain, UberEats dan pasarnya pun masuk ke super app ini.
Manajemen Grab mengungkapkan gross merchandise volume bisnis antar makanan ini tumbuh 900% hingga Juni 2019. Dengan begitu, kontribusi GrabFood mencapai 20% dari GMV perusahaan, meningkat pesat dari kontribusi pada 2018 yakni 5%.
"Kami melihat industri makanan memiliki margin yang lebih baik daripada ride hailing. Kami percaya bisnis makanan akan mendorong pertumbuhan kami dan membawa perusahaan ke profitablitas dalam jangka panjang," tambah Kell Jay Lim.
Meski demikian Grab menolak untuk mengumumkan nilai transaksi tetapi mengatakan perusahaan terus memantau tingkat penggunaan pengemudi karena ini menjadi matrik yang sangat penting dalam hal profitabilitas perusahaan.
Florin Hoope dari Bain & Company Asia Pacific menyatakan bisnis ini memiliki margin yang tebal. Dengan begitu keputusan Grab menjadikan pengantaran akanan sebagai mesin uang baru bukan keputusan yang salah.
Dalam bisnis ini perusahaan akan mendapat dua sumber pendapatan, dari merchant dan pemesan makanan. Apalagi perang tarif diskon yang digunakan untuk menarik dan mempertahankan pelanggan tampaknya akan berlangsung lama.
Hoope menilai meski Grab dan Gojek merupakan pemain besar dalam bisnis ini, masih ada peluang masuknya pemain baru yang didukung investor besar. Apalagi pasar sangat besar dan belum matang, dan masih bisa menggarap bisnis model yang berbeda.
(roy/roy)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/34VDI9k
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment