Apa mau dikata, dolar AS memang sedang perkasa. Di Asia, greenback menguat terhadap hampir seluruh mata uang utama. Hanya yen Jepang dan dolar Taiwan yang masih mampu selamat. Baht Thailand masih menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Benua Kuning. Rupiah berada tepat di atasnya, disusul oleh ringgit di peringkat ketiga terbawah. Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10:07 WIB:
Dolar AS mendapat kekuatan selepas pengumuman hasil rapat Bank Sentral Uni Eropa (ECB). Presiden Mario Draghi dan kolega memang masih mempertahankan suku bunga acuan deposit rate di angka -0,4%. Namun sosok yang akan habis masa jabatan pada 31 Oktober itu jelas menyebutkan bahwa ekonomi Benua Biru sangat lesu, mengindikasikan bahwa pelonggaran kebijakan moneter sudah di depan mata.
"Prospek ekonomi semakin memburuk, manufaktur memburuk. Kami tidak suka dengan apa yang kami lihat," tegas Draghi dalam konferensi pers usai rapat, dikutip dari Reuters. Komentar Draghi ditegaskan oleh pernyataan tertulis ECB. Kebijakan moneter uang akomodatif dibutuhkan selama inflasi belum menyentuh target 2% dalam jangka menengah. "Dewan menggarisbawahi bahwa kebutuhan terhadap kebijakan moneter yang sangat akomodatif sudah ada, karena inflasi terus-menerus berada di bawah target. Jika inflasi masih di bawah target dalam jangka menengah, maka Dewan akan bertindak," sebut pernyataan tertulis ECB. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan ECB akan menurunkan suku bunga acuan 10 basis poin menjadi -0,5% pada September. Sudah minus, tambah dalam lagi. Berinvestasi di euro boleh dibilang sangat tidak menguntungkan, dan ini menjadi angin segar bagi dolar AS.TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)from CNBC Indonesia https://ift.tt/2yiF2DX
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment