Tuesday, July 30, 2019

Data FDI dan Lelang Benamkan Harga SUN Hari Ini

Jakarta, CNBC Indonesia -Pemerintah melepas Rp 21,45 triliun surat utang negara (SUN) konvensional dalam lelang rutin hari ini, lebih rendah daripada penerbitan sebelumnya karena kondisi pasar yang terkoreksi hari ini. Dalam lelang tersebut, Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu menunjukkan nilai penerbitan itu masih lebih tipis daripada nilai penerbitan dalam lelang sebelumnya Rp 22,05 triliun dan lebih rendah daripada rerata penerbitan dalam lelang sejak awal tahun Rp 22,06 triliun. Nilai penawaran peserta dalam lelang tersebut mencapai Rp 43,27 triliun, yang juga masih lebih rendah daripada permintaan dalam lelang SUN konvensional sebelumnya Rp 53,14 triliun serta rerata permintaan lelang sejak awal tahun Rp 52,88 triliun. 
Jumlah penerbitan yang sedikit lebih rendah dari angka historis tersebut disebabkan oleh pasar SUN yang masih terkoreksi meskipun sentimen positif mengguyur pasar saham dan rupiah di pasar valas. Pelemahan pasar obligasi negara masih terjadi meskipun investor asing sedang minat-minatnya ke pasar SUN rupiah. Koreksi di pasar SUN lebih seiring dengan data investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) yang dalam nilai dolar AS masih turun dan menandakan minat investor asing di sektor riil domestik justru turun.

Pengumuman data FDI dilakukan tadi siang.

 Koreksi di pasar SUN hari ini tidak senada dengan apresiasi yang masih terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.  Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, vice versa. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. Seri acuan yang paling melemah adalah FR0078 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 5,6 basis poin (bps) menjadi 7,31%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.  Badan Kordinasi Penanaman Modal FDI di Indonesia tercatat US$ 6,99 miliar per akhir kuartal II-2019, turun 2% dari realisasi US$ 7,14 miliar pada kuartal II-2018 yang mencerminkan turunnya minat investor asing ke sektor riil di dalam negeri.  

I Made Adi Saputra, Head of Fixed Income Research PT MNC Sekuritas, menilai koreksi yang terjadi sejak pekan lalu tidak terlalu dimasalahkan oleh pelaku pasar karena sejak awal tahun pasar obligasi sudah memberikan keuntungan investasi lebih dari 10%.

"Best scenario-nya, jika suku bunga AS dan bunga Bank Indonesia juga turun, maka return dari pasar SUN bisa 13%," ujarnya awal pekan ini.


Yield Obligasi Negara Acuan 30 Jul'19
Seri Jatuh tempo Yield 29 Jul'19 (%) Yield 30 Jul'19 (%) Selisih (basis poin) Yield wajar IBPA 30 Jul'19 (%)
FR0077 5 tahun 6.694 6.764 7.00 6.7238
FR0078 10 tahun 7.257 7.313 5.60 7.2911
FR0068 15 tahun 7.582 7.619 3.70 7.5981
FR0079 20 tahun 7.777 7.802 2.50 7.8092
Avg movement 4.70
Sumber: Refinitiv  Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.  Indeks tersebut turun 0,35 poin (0,14%) menjadi 259,43 dari posisi kemarin 259,78. Penurunan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 525 bps, melebar dari posisi kemarin 520 bps.  Yield US Treasury 10 tahun naik hingga 2,056% dari posisi kemarin 2,055%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi tenor 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu. Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.  
Yield US Treasury Acuan 29 Jul'19
Seri Benchmark Yield 29 Jul'19 (%) Yield 30 Jul'19 (%) Selisih (Inversi) Satuan Inversi
UST BILL 2019 3 Bulan 2.105 2.105 3 bulan-5 tahun 27.1
UST 2020 2 Tahun 1.85 1.842 2 tahun-5 tahun 0.8
UST 2021 3 Tahun 1.81 1.807 3 tahun-5 tahun -2.7
UST 2023 5 Tahun 1.834 1.834 3 bulan-10 tahun 5
UST 2028 10 Tahun 2.055 2.055 2 tahun-10 tahun -21.3
Sumber: Refinitiv  Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.013,38 triliun SBN, atau 39,27% dari total beredar Rp 2.580 triliun berdasarkan data per 26 Juli.  Angka kepemilikannya masih positif Rp 120,13 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Nilai SUN milik asing tersebut menjadi yang tertinggi karena sudah melampaui rekor yang terjadi sebelumnya yaitu Rp 1.012,99 triliun yang tercipta pada 24 Juli. Koreksi di pasar surat utang hari ini tidak seperti penguatan yang terjadi di pasar ekuitas yang terbang 1,24%, sedangkan rupiah ditutup stagnan hari ini di Rp 14.015 per dolar AS. 
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara Yield 29 Jul'19 (%) Yield 30 Jul'19 (%) Selisih (basis poin)
Brasil 7.205 7.215 1.00
China 3.205 3.196 -0.90
Jerman -0.391 -0.396 -0.50
Perancis -0.137 -0.136 0.10
Inggris 0.652 0.644 -0.80
India 6.412 6.395 -1.70
Jepang -0.144 -0.155 -1.10
Malaysia 3.579 3.596 1.70
Filipina 4.751 4.754 0.30
Rusia 7.3 7.33 3.00
Singapura 1.927 1.931 0.40
Thailand 1.92 1.88 -4.00
Amerika Serikat 2.055 2.056 0.10
Afrika Selatan 8.36 8.325 -3.50
Sumber: Refinitiv  TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/irv)

from CNBC Indonesia https://ift.tt/2KqhNhh
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment