Wednesday, July 24, 2019

Penyakit yang Bikin Ekspor Karet Anjlok Sudah Mengkhawatirkan

Jakarta, CNBC Indonesia - Teka-teki penyebab turunnya volume ekspor karet periode Januari-Juni 2019 sebesar 200 ribu ton terjawab sudah. Kondisi ini diakibatkan pohon karet terserang penyakit gugur daun karet yang disebabkan oleh cendawan Pestalotiopsis sp.

Hal itu disampaikan oleh Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian), Musdhalifah Machmud, dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (24/7/2019).

"Dari kronologi, penyakit ini sudah ada sejak beberapa tahun lalu, tapi saat itu jumlahnya belum begitu besar. Tapi cakupannya cukup luas dan sekarang ada di tahap mengkhawatirkan," kata Musdhalifah.

Kesimpulan ini diambil setelah Menko Perekonomian Darmin Nasution menggelar tapat koordinasi bersama Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan), Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo), PT Riset Perkebunan Nusantara, dan Litbang Kementerian Pertanian pada pagi tadi.

Dirjen Perkebunan Kementan, Kasdi Subagyono yang hadir dalam konferensi pers menjelaskan bahwa awal mula penyakit gugur daun diketahui muncul sejak 2017 yang disebabkan oleh fusicoccum. Sekarang sudah berkembang menjadi Pestalotiopsis sp.

"Hal penting salah satunya disebabkan oleh sudah sekian lama harga karet lemah. Petani tidak punya kemampuan memelihara kebun dengan baik, termasuk memberi pupuk. Pendapatannya tidak cukup untuk perawatan kebun," kata Kasdi.

Harga karet di tingkat internasional berada di atas U$1,4 per kg.

Lebih lanjut dijelaskan Kasdi, sejak 16 Juli 2019 lalu, serangan penyakit gugur daun sudah menjangkit perkebunan karet di 6 provinsi dengan total luas sebesar 381,9 ribu ha. Keenam provinisi itu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur.

Penyakit ini menyebabkan daun pohon berguguran secara berulang bahkan di luar periode yang alami. Menurut Kardi, dari kajian yang dilakukan, ada kemungkinan sebarannya akan meluas ke provinsi lain.

Pemerintah berharap pengendalian yang dilakukan dapat efektif untuk meminimalkan penurunan produksi karet sebesar 15% pada tahun ini.

"Pemerintah sudah melakukan pengendalian. Bantuan diberikan dalam dua hal, satu fungisida, kedua memberikan bantuan pupuk supaya daya tahan terhadap penyakitnya meningkat, bisa lebih tahan. Ini tentu terus kita upayakan untuk kebun yang diserang," jelas Kardi.

(hoi/hoi)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2ya1LSQ
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment