Thursday, July 18, 2019

Lho Kok Cuma Ada Dua Jenis Minuman Ini di GIIAS 2019?

Jakarta, CNBC Indonesia - Bagi Anda yang sempat mampir ke pameran Gaikindo Indonesia International Auto Show atau GIIAS 2019, sadar tak sadar cuma air minum kemasan merek "Le Minerale" dan "Pucuk Harum" yang tersedia untuk mengobati rasa haus.

Tampaknya kedua produk air minum dalam kemasan (AMDK) produksi PT Mayora Indah Tbk (MYOR) ini, punya kontrak eksklusif dengan pihak penyelenggara GIIAS. Selain dua jenis minuman tersebut, sulit ditemukan AMDK produksi perusahaan lain.

Mayora (Titipan Bang Hotman)Foto: Le Minerale/ Rivi Satrianegara/CNBC Indonesia

Beginilah cara kerja Mayora Indah mencoba memasarkan dan membranding produk-produk minumannya. Tak cuma di GIIAS di beberapa even, perusahaan ini juga cukup aktif menjalin kontrak eksklusif untuk mendongkrak penjualannya.
Alhasil, divisi minuman Mayora Indah memberikan kontribusi marjin yang jauh lebih tinggi dari divisi makanan.

Jika ditilik lebih rinci dari laporan keuangan perusahaan per akhir Maret 2019, divisi minuman olahan memberikan kontribusi keuntungan hampir tiga kali lipat lebih lebih besar dibandingkan dengan divisi makanan olahan. Padahal, variasi produk minuman tidak sebanyak variasi produk makanan.

Variasi produk yang dimiliki MYOR mayoritas didominasi oleh makanan olahan, termasuk biskuit, permen, wafer, cokelat, mi instan, hingga bubur. Sedangkan produk minuman olahan hanya minuman sereal, kopi, teh, jus, dan air mineral.

Segmen operasi minuman milik MYOR mencatatkan laba sebelum pajak divisi minuman mencapai Rp 483,03 miliar atau 191,35% lebih tinggi dari torehan divisi makanan yang ada di Rp 165,79 miliar.

Padahal, pemasukan dari minuman olahan hanya Rp 2,95 triliun, sedangkan makanan olahan mampu mencatat total pendapatan sebesar Rp 3,31 triliun.

Lebih lanjut, jika dilihat kinerja perusahaan secara umum, MYOR membukukan kenaikan pendapatan 11,05% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi Rp 6,01 triliun dari Rp 5,42 triliun di kuartal pertama tahun lalu.

Mayora (Titipan Bang Hotman)Foto: Teh Pucuk

Sayangnya, laba bersih perusahaan tergolong stagnan dengan mencatatkan koreksi tipis 0,51% YoY menjadi Rp 466,35 miliar.

Dengan pemasukan yang lebih tinggi, tapi laba bersih yang lebih rendah, otomatis menekan perolehan marjin bersih perusahaan, dari 8,66% di kuartal I-2018 menjadi 7,75% di kuartal I-2019.

Lebih lanjut, jika dianalisa dari metode perhitungan imbal hasil (yield) lain, yaitu Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE).

ROA dan ROE mengindikasi kemampuan perusahaan memanfaatkan aset dan modal (ekuitas) untuk menghasilkan laba. Semakin tinggi nilainnya, semakin besar imbal hasil yang didapat perusahaan.

Dari tabel di atas, terlihat marjin bersih (net profit margin/NPM) perusahaan memang berada di posisi kedua dari bawah, tapi ROA dan ROE masih lebih tinggi dari para pesaingnya, seperti PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) dan PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (GOOD). Meskipun memang masih kalah dari PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ)

TIM RISET CNBC INDONESIA

(dwa/hps)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/32qL3wi
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment