Thursday, July 25, 2019

Ini Cara Pertamina Setop Tumpahan Minyak di Karawang

Jakarta, CNBC Indonesia - Tumpahan minyak dan gelembung gas menyebar di garis pantai laut utara Jawa sejak dua pekan lalu. Diketahui, tumpahan terjadi akibat insiden di blok migas milik anak usaha PT Pertamina (Persero). 

Insiden terjadi di lokasi pemboran lepas laut milik PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (ONWJ) sejak 12 Juli lalu, akibat aktivitas re-entry saat pengeboran di sumur YYA-I. 

Direktur Hulu Pertamina Dharmawan Samsu menuturkan, pihaknya telah melakukan upaya untuk menangani tumpahan minyak yang menyebar di garis pantai Karawang tersebut. 

"Kami bekerjasama dengan warga sekitar, mengangkut limbah dengan truk dan dibawa ke pengolahan limbah tersertifikasi, dan kami sedang diskusi untuk mendapatkan persetujuan agar dapat mengolah tumpahan ini dan dipastikan tidak menimbulkan efek lainnya," terang Dharmawan.

Selain itu, penanganan secara teknis juga telah dilakukan, yakni dengan pendekatan over react untuk mematikan sumber tumpahan minyak dan gas ini, yakni dengan mematikan sumur YYA-1
 
"Perlu 8 minggu dari hari ini (25/7/2019) atau 10 minggu sejak dinyatakan kondisi darurat untuk mematikan sumur YYA-1," kata dia.
 
Untuk memastikan sumur tersebut, dia menjelaskan, akan dibor relief well di dekatnya dengan menggunakan rig baru yang sedang didatangkan, yakni Rig Suhana. 

Nantinya, Rig Suhana akan melakukan pengeboran sumur secara horizontal hingga melintasi jalur sumur YYA-1, dan selanjutnya, akan dilakukan injeksi semen ke sumur YYA-1 ini hingga tertutup.
 
"Artinya sumur ini setelah dipermanenkan ditutup, tidak untuk digunakan kembali," imbuh Dharmawan.
 
Saat ini, pihaknya tengah melakukan survei untuk menentukan di mana Rig Suhana akan ditempatkan. Sementara Rig Suhana sendiri akan dibawa ke lokasi pada Jumat (26/7/2019) dan diperkirakan tiba pada Sabtu (27/7/2019). Upaya penutupan sumur ini akan dilakukan Pertamina bersama dengan Boots and Coots.

Saat ditanya soal jumlah minyak yang tumpah, Dharmawan mengatakan puncaknya dua hari lalu produksi bisa lebih dari 3000 barel per hari. "Ini adalah angka perhitungan untuk pastikan berapa alat yang kita butuhkan, bukan pasti realisasi tapi untuk estimasi armada yang harus dibangun untuk antisipasi volume yang keluar," katanya.

Angka ini memang penting diestimasi karena untuk mengetahui keberadaan material yang ada, bukan cuma dari Pertamina grup tapi juga bantuan lain agar bisa diketahui alat yang cocok untuk angkat tumpahan minyak.

 
Terkait Proyek YY, Dharmawan menuturkan, pihaknya belum dapat memastikan apakah pengembangannya akan dilanjutkan setelah tumpahan minyak dan gas dihentikan. Pasalnya, perusahaan masih harus menunggu hasil investigasi terlebih dahulu untuk melihat penyebab kejadian ini.

"Struktur YY akan dievaluasi lagi untuk pengembangan berikutnya, masih ekonomis atau tidak. Ini kan salah satu potensi dari Blok ONWJ, jadi akan evaluasi subsurface dan keekonomiannya secara mendalam," pungkas Dharmawan.

[Gambas:Video CNBC] (gus/gus)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2K0M1qU
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment