Thursday, July 25, 2019

Percuma Data Ekonomi AS Bagus, Greenback Tetap Saja Jeblok

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Amerika Serikat (AS) jeblok pada perdagangan Kamis (25/7/19), padahal data yang dirilis dari Negeri Paman Sam cukup bagus.

Indeks dolar pada pukul 20:49 WIB berada di level 97,56 atau melemah 0,16%, melansir data Refinitiv. Indeks dolar dibentuk dari enam mata uang yakni, euro, yen, poundsterling, dolar Kanada, krona Swedia, dan franc Swiss. Indeks ini juga dijadikan acuan kekuatan the greenback terhadap mata uang lainnya.

Departemen Perdagangan AS melaporkan data pesanan barang tahan lama di bulan Juni naik 2% dari bulan sebelumnya yang turun 2,3%. Sementara pesanan barang tahan inti (yang tidak memasukkan sektor transportasi dalam perhitungan) tumbuh 1,2% dari bulan sebelumnya yang naik 0,4%.

Kedua data tersebut lebih tinggi dari prediksi di Forex Factory masing-masing sebesar 0,8% dan 0,2%. Pesanan barang tahan lama ini menghitung jumlah produk terpesan yang memiliki umur ekonomis lebih dari 3 tahun.

Bahkan kategori barang investasi untuk dunia usaha mencatat kenaikan sebesar 1,9%, menjadi yang terbesar dalam empat bulan terakhir, mengutip CNBC International.

Data tersebut seharusnya menjadi kabar bagus, tetapi nyatanya dolar tetap keok. Penyebabnya adalah euro yang "mengamuk" setelah European Central Bank (ECB) mengumumkan kebijakan moneternya.

Tidak ada kejutan dalam pengumuman tersebut, sesuai dengan prediksi banyak analis ECB akan membuka peluang memangkas suku bunga dan mengaktifkan kembali program pembelian aset (obligasi dan surat berharga) jika diperlukan untuk menstimulus ekonomi zona euro.

Yang menjadi perhatian adalah komentar Presiden ECB, Mario Draghi, yang menyatakan kemungkinan blok 19 negara mengalami resesi sangat kecil. Draghi juga mengatakan dalam jangka menengah inflasi diperkirakan akan meningkat akibat berlanjutnya ekspansi ekonomi serta pertumbuhan upah yang cukup bagus.

Pernyataan terkait prospek resesi dan inflasi tersebut bisa jadi indikasi jika ECB tidak akan terlalu agresif dalam memberikan stimulus moneter. Pemangkasan suku kemungkinan akan dilakukan satu kali saja, dan QE (jika ada) juga tidak terlalu besar jumlahnya.

Euro berkontribusi sebesar 57,6% dalam membentuk indeks dolar, sehingga penguatan mata uang 19 negara ini akan menekan indeks secara signifikan. Terpantau dolar juga melemah melawan poundsterling, tetapi menguat melawan yen, dolar Kanada, dan franc, serta flat melawan krona.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2Y3tiVx
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment