Direktur Utama Inka Budi Noviantoro menjelaskan, untuk rangkaian kereta, LRT Jabodebek memiliki jumlah yang relatif banyak. Satu rangkaian terdiri dari 6 kereta.
"Yang jelas lebih panjang (dari LRT Palembang), kemudian 6 kereta," katanya dilansir dari detikFinance, Sabtu (27/7/2019).
Nantinya, kereta ini pun didesain bisa melaju dengan kecepatan maksimal 100 km/jam. Selanjutnya, Budi bilang sistem persinyalan LRT Jabodebek dan Palembang berbeda. Sistem persinyalan LRT Jabodebek menggunakan moving block signal dan software dari Siemens AG Jerman yang membuatnya bisa dioperasikan tanpa masinis.
Foto: LRT Jakarta (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
|
"Moving block ini teknologi baru, sinergi Inka dan Len, kalau nggak salah menggunakan software Siemens Jerman yang memungkinkan kereta jalan tanpa masinis, kayak robot aja gitu ya. Tapi bukan berarti nggak ada pengawas di atas kereta, tapi tidak sebagai fungsi masinis," tutupnya.
Rencananya kereta itu dirancang memiliki kapasitas maksimal ditumpangi 1308 orang penumpang. Namun, normalnya LRT akan membawa 740 orang penumpang sekali jalan.
Penumpang akan disediakan bangku yang bisa ditempati 174 orang. Lalu, 566 orang bisa berdiri bila tidak kebagian tempat.
Dia bilang, yang membedakan ialah lebar lintasan rel. Kereta LRT Jabodebek punya rel lebih lebar.
"Yang penting lebarnya railnya 1.435 mm, kalau Palembang 1.067 mm," ujarnya.
"Karena apa, headway jarak antar kereta kecil 2-3 menit, kalau headway 2 menit maka setiap jam 30 kereta, nggak mungkin pakai orang," ujarnya.
Dengan sistem tersebut nantinya kereta yang digunakan LRT Jabodebek akan diatur perjalanannya secara otomatis. Mulai dari pergerakannya, kecepatannya, hingga waktu berhentinya.
Untuk buka tutup pintu saat berhenti di setiap stasiun, LRT akan dibuka lewat petugas tiap stasiun yang bertugas di ruang kontrol.
(dru)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2GzizqO
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment