Thursday, July 25, 2019

Optimisme The Fed Pangkas Bunga 50 Bps, Bursa Asia Semringah

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa saham utama kawasan Asia menutup perdagangan Kamis ini (25/7/2019) di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,22%, indeks Shanghai bertambah 0,48%, indeks Hang Seng menguat 0,25%, dan indeks Straits Times terapresiasi 0,38%.

Kembali hadirnya optimisme bahwa Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS akan bertindak lebih kalem alias dovish dalam pertemuannya bulan ini menjadi faktor yang memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning.

Optimisme tersebut kembali hadir pascarilis data ekonomi AS yang mengecewakan. Kemarin (24/7/2019), pembacaan awal atas data Manufacturing PMI periode Juli 2019 diumumkan di level 50 oleh Markit, di bawah konsensus yang sebesar 50,9, dilansir dari Forex Factory.


Sebagai informasi, nilai sebesar 50 menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur di AS tak membukukan ekspansi pada bulan Juli jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, walaupun di sisi lain juga tak membukukan kontraksi.

Dilansir dari Trading Economics, Manufacturing PMI senilai 50 tersebut merupakan yang terendah yang pernah dibukukan AS sejak September 2009.

Dengan lesunya laju perekonomian AS, praktis The Fed menjadi memiliki alasan yang lebih kuat untuk memangkas tingkat suku bunga acuan secara lebih agresif.

Mengutip situs resmi CME Group yang merupakan pengelola bursa derivatif terkemuka di dunia, berdasarkan harga kontrak fed fund futures per 25 Juli 2019, probabilitas bahwa The Fed akan memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 50 bps (basis poin) pada pertemuan bulan ini naik menjadi 25,6%, dari 23% sehari sebelumnya.

Diharapkan, pemangkasan tingkat suku bunga acuan yang lebih agresif bisa menghindarkan perekonomian AS dari yang namanya hard landing.

Optimistis The Fed Pangkas Bunga 50 Bps, Bursa Asia SemringahFoto: Reuters

Ketika tingkat suku bunga acuan dipangkas, apalagi secara agresif, tingkat suku bunga kredit bisa diturunkan sehingga memacu dunia usaha untuk melakukan ekspansi. Selain itu, masyarakat juga akan terdorong untuk meningkatkan konsumsinya. Pada akhirnya, roda perekonomian akan berputar lebih kencang.

Sebelumnya, Bank Dunia (World Bank) memproyeksikan perekonomian AS tumbuh sebesar 2,5% pada tahun 2019, sebelum kemudian turun drastis menjadi 1,7% pada tahun 2020. Pada tahun 2018, perekonomian AS tumbuh hingga 2,9%, menandai laju pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2015 silam.

Kala perekonomian AS melaju di level yang relatif tinggi, laju perekonomian dari negara-negara lain juga akan terkerek naik. Maklum, AS merupakan negara dengan nilai perekonomian terbesar di planet bumi.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/tas)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2Gv7C9N
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment