Friday, July 26, 2019

BI Repo Rate Turun, Masyarakat Buru Obligasi Tabungan SBR-007

Jakarta, CNBC Indonesia - Penjualan obligasi tabungan ritel (saving bond retail/SBR) seri 007 di beberapa mitra distribusi meningkat, meskipun kupon yang ditawarkan pemerintah hanya 7,5% per tahun.

Berdasarkan keterangan beberapa mitra distribusi (midis) SBR007, nilai pembelian dan investor meningkat tersebut diduga karena tren suku bunga yang masih akan turun ke depannya.

Nilai penjualan SBR007 di PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencapai Rp 1,08 triliun, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Rp 552 miliar, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sekitar Rp 300 miliar, dan fintech PT Star Mercato Capitale (Tanam Duit) Rp 22,5 miliar.

Hasil penjualan tersebut merupakan nilai pemesanan awal investor yang masih akan melewati proses verifikasi Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan.

Branko Windoe, Head of Treasury BCA, menilai nilai penjualan SBR BCA kali ini naik dari sebelumnya yaitu SBR006 Rp 921 miliar karena tren suku bunga acuan yang turun ke depannya. Suku bunga acuan 7-Day Reverse Repo Rate (7-DRRR) Bank Indonesia baru dipangkas turun menjadi 5,75% dari 6% pada 18 Juli.

"Kelihatannya begitu [karena tren suku bunga turun sehingga nasabah berlomba mendapat kupon yang masih bisa 7,5%, dan meski lebih rendah daripada kupon-kupon SBR sebelumnya]," ujar Branko melalui pesan singkat hari ini (26/7/19).

Tren penurunan suku bunga acuan biasanya membuat calon investor menilai bunga SBR dalam penerbitan selanjutnya tidak sebesar saat ini, padahal bunga SBR007 juga masih lebih rendah daripada seri-seri SBR terdahulu.

Kupon SBR006 yang terbit awal tahun ini 7,95%, SBR005 8,15%, SBR004 8,55%, SBR003 8,55%, SBR002 7,5%, dan SBR001 8,75%.

Besaran tersebut adalah kupon ketika efek utang pemerintah itu terbit dan tidak memperhitungkan adanya kenaikan suku bunga acuan 7DRRR Bank Indonesia yang menjadi dasar penetapan kupon.

Kupon SBR007 dan seri-seri SBR sebelumnya adalah besaran kotor karena belum memfaktorkan pajak penghasilan (PPh) 15%, sehingga jumlah bunga bersih yang diterima investor per tahun adalah 6,375%.

Dari besaran kupon tersebut, investor SBR akan menerima bunga investasinya per bulan. Sifat kupon SBR adalah mengambang dengan batas bawah (floating with floor), sehingga dapat naik mengikuti menanjaknya suku bunga acuan dan sebaliknya jika turun. Namun, penurunan kupon SBR tidak bisa lebih rendah daripada kupon pertamanya.

Sifat kupon serupa juga berlaku bagi sukuk ritel tabungan (sukuk tabungan/ST) yang bersama SBR diterbitkan reguler oleh pemerintah setiap tahunnya. Ke depannya, pemerintah berniat menerbitkan ST005 pada awal Agustus, SBR008 pada awal September, dan ST006 pada awal November.

Hery Gunardi, Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri, menilai penerbitan kali ini yang mampu menjaring minat dari1.767 investor di bank yang dia pimpin lebih ramai daripada penerbitan SBR sebelumnya karena bunga acuan 7DRRR sudah turun.

Penurunan tersebut memicu investor untuk semakin memburu SBR yang ditawarkan kali ini. "Minat investor lebih tinggi karena penurunan suku bunga acuan BI [sepekan lalu]."

Naiknya minat tersebut juga tercermin dari penjualan SBR di BRI, karena nilai penjualan di perusahaan melewati target awalnya. "[Nilai penjualan SBR007 melalui BRI] Rp 300 miliar, lebih besar dari target Rp 100 miliar," ujar Direktur Konsumer BRI Handayani.

Penjualan melalui TanamDuit, yang memiliki platform penjualan reksa dana serta SBR-ST secara online, juga di atas rata-rata hasil pemasaran efek utang pemerintah ritel sebelumnya.

M. Hanif, Direktur Utama TanamDuit, mengatakan jumlah penjualan SBR007 di perusahaan naik menjadi Rp 22,5 miliar dari sebelumnya Rp 15 miliar serta jumlah investor berkembang menjadi sekitar 1.000 orang dari sebelumnya 900 orang .

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ags/ags)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2SEno7a
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment