Wednesday, August 14, 2019

Trump Bikin Pasar Obligasi RI Kembali Berseri

Jakarta, CNBC Indonesia -Harga obligasi rupiah pemerintah menguat hari ini karena sentimen positif meredanya perang dagang Amerika Serikat (AS)-China sejak kemarin. Penguatan hari ini membalikkan koreksi yang terjadi di pasar surat utang negara (SUN) kemarin.Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang.  Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).   Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya.

Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

 SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.

Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

 Seri acuan yang paling menguat adalah FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 4,9 basis poin (bps) menjadi 6,86%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.   
Yield Obligasi Negara Acuan 14 Aug'19
Seri Jatuh tempo Yield 13 Aug'19 (%) Yield 14 Aug'19 (%) Selisih (basis poin) Yield wajar IBPA 14 Aug'19 (%)
FR0077 5 tahun 6.914 6.865 -4.90 6.7408
FR0078 10 tahun 7.46 7.437 -2.30 7.3896
FR0068 15 tahun 7.766 7.794 2.80 7.7653
FR0079 20 tahun 7.918 7.9 -1.80 7.8785
Avg movement -1.55
Sumber: Refinitiv  Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,57 poin (0,22%) menjadi 257,8 dari posisi kemarin 257,22. Penguatan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 581 bps, melebar dari posisi kemarin 571 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun lagi hingga 1,62% dari posisi kemarin 1,68%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada beberapa pasang seri, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu. Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.  

Yield US Treasury Acuan 14 Aug'19

Seri Benchmark Yield 13 Aug'19 (%) Yield 14 Aug'19 (%) Selisih (Inversi) Satuan Inversi
UST BILL 2019 3 Bulan 2.008 1.998 3 bulan-5 tahun 47
UST 2020 2 Tahun 1.669 1.636 2 tahun-5 tahun 10.8
UST 2021 3 Tahun 1.604 1.567 3 tahun-5 tahun 3.9
UST 2023 5 Tahun 1.568 1.528 3 bulan-10 tahun 37.1
UST 2028 10 Tahun 1.68 1.627 2 tahun-10 tahun 0.9
Sumber: Refinitiv  Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.006,58 triliun SBN, atau 38,74% dari total beredar Rp 2.598 triliun berdasarkan data per 13 Agustus. Angka kepemilikannya masih positif Rp 133,33 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Meskipun masih positif sejak akhir tahun, dalam periode sepekan masih terjadi aksi jual investor asing senilai Rp 6,46 triliun. Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya naik 0,91% dan 0,52%. Dari pasar surat utang negara berkembang, koreksi terjadi dihampir seluruh pasar di mana penguatan hanya terjadi di Thailand. Di negara maju, penguatan justru terjadi di pasar bunds Jerman, gilts Inggris, OATs Prancis, dan US Treasury AS.  

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara Yield 13 Aug'19 (%) Yield 14 Aug'19 (%) Selisih (basis poin)
Brasil 7.205 7.205 0.00
China 3.023 3.028 0.50
Jerman -0.609 -0.636 -2.70
Prancis -0.316 -0.344 -2.80
Inggris 0.493 0.465 -2.80
India 6.518 6.636 11.80
Jepang -0.234 -0.218 1.60
Malaysia 3.433 3.433 0.00
Filipina 4.278 4.355 7.70
Rusia 7.32 7.32 0.00
Singapura 1.648 1.66 1.20
Thailand 1.51 1.5 -1.00
Amerika Serikat 1.68 1.625 -5.50
Afrika Selatan 8.41 8.455 4.50
Sumber: Refinitiv  TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/hps)

from CNBC Indonesia https://ift.tt/2H32BWg
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment