Tuesday, September 17, 2019

Duh, Skill Orang Indonesia Kalah dari Vietnam

Jakarta, CNBC Indonesia - Centre for Strategic and International Studies (CSIS) mengungkapkan kemampuan masyarakat Indonesia dalam menghadapi perkembangan teknologi perlu ditingkatkan. 

Tiga hal yang paling dibutuhkan ke depannya yakni critical thinking, innovative thingking dan creative thingking. Sayangnya masalah mendasar seperti ini, dibandingkan Vietnam saja, Indonesia masih kalah.

Kepala Departemen Ekonomi CSIS Jakarta Yose Rizal Damuri mengatakan berdasarkan penelitian, jumlah orang berkemampuan tinggi di Indonesia masih jauh dibandingkan dengan negara lain. Dalam kurun waktu 2-3 tahun di Indonesia hanya menghasilkan 15 ribu orang, sementara di Korea Selatan 160 ribu orang.

"Rata-rata didikan dari para pekerja kita itu rendah dibandingkan dengan Vietnam aja masih rendah," katanya dalam acara 2019 CSIS Global Dialogue, Jakarta, Selasa (17/9/2019).

Dalam catatan, Global Human Capital Index 2017, yang dirilis oleh WEF, posisi Indonesia memang persis di bawah Vietnam yang berada di peringkat 64 dari 130 negara, sedangkan Indonesia di posisi 65.

Ia mencontohkan tes kemampuan matematika untuk kelas 4 SD saja banyak yang belum bisa mengerjakan. Seperti 1/3 - 1/6, padalah ini pertanyaan yang mudah. Berdasarkan studi di populasi usia 18 tahun, hanya 9 persen yang bisa menjawab dengan benar.

"Kita nggak siap punya kemampuan seperti itu. Padahal itu pertanyaan yang mudah. Ini menjadi pekerjaan rumah pemerintah untuk meningkatkan human capital," ungkapnya.

Ia menerangkan tren adopsi teknologi Artificial Intelligence (IA) bisa diihat di sektor e-commerce. Mereka akan mencatat pola belanja orang Indonesia, misalnya saja kita suka dengan belanja baju, maka akan sering muncul tawaran yang sesuai dengan riwayat belanja kita.

"Membawa berbagai potensi, membawa berbagai keselamatan baru, tapi juga ada sisi-sisi yang mungkin perlu kita antisipasi, karena ada risiko-risikonya," imbuhnya.

Penerapan IA di industri masih rendah, karena untuk menerapkan membutuhkan modal yang sangat tinggi. Modal harus besar, sementara benefitnya masih potensial. Sehingga masih menggunakan yang lama. Kemudian terkait skill, kita tahu ada teknologi tersebut, akan tetapi pihak  pengembangnya kurang.

"Mau ambil di luar nageri susahnya minta ampun kita kan sering mengatakan harus memupuk talent Indonesia supaya nggak ambil luar. Kalau memang belum ada yang ambil saja dari luar. Makin banyak yang di atas, nanti bawahnya juga akan tertarik. Sehingga transfer of learning dan lain-lain," jelasnya.

Di masa depan diprediksi akan banyak pekerjaan yang hilang, namun akan lebih banyak lagi pekerjaan baru yang lahir. Banyak orang yang bekerja di bidang itu terus. Padahal pekerjaan itu nantinya sudah tidak dibutuhkan lagi.

Training dan skill yang berbeda perlu dipersiapkan. Program pemerintah terkait keterampilan dan human capital sudah tepat, tinggal bagaimana program tersebut bisa dirumuskan dengan tepat. "Nanti akan banyak pekerjaan yang baru daripada pekerjaan yang hilang," jelasnya. (hoi/hoi)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2IpSRGv
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment