"Presiden telah menyetujui penempatan pasukan AS yang akan bersifat defensif, dan fokus pada pertahanan udara dan rudal," kata Menteri Pertahanan AS Mark Esper pada Jumat waktu setempat (20/09/2019).
Dilansir dari CNBC International, AS juga akan mengupayakan percepatan pengiriman alat-alat militer ke Kerajaan Saudi Arabia. Hal ini sesuai permintaan Saudi Arabia untuk dukungan dari AS.
"Dengan begitu United Arab Emirates (UAE) memiliki kesempatan untuk melindungi diri sendiri," tambahnya.
Meski demikian, menurut Esper, AS tidak mencari konflik dengan Iran dan meminta Tehran untuk kembali ke langkah diplomasi. Dia juga mengingatkan, ada potensi penambahan pasukan AS juga situasinya memanas.
Pada Kamis, Juru Bicara Pentagon Jonathan Hoffman menyebutkan serangan terhadap fasilitas minyak milik Saudi Aramco sangat canggih dan secara dramatis meningkatkan ketegangan kedua negara.
"Ini merupakan eskalasi dramatis dari apa yang kita lihat di masa lalu. Ini adalah sejumlah proyektil di udara, sangat canggih, terkoordinasi dan memiliki dampak yang dramatis terhadap pasar global," kata Hoffman.
Penyerangan ini pun menurutnya menjadi masalah internasional. Pasalnya, penyerangan terhadap fasilitas minyak terbesar di dunia ini membuat Saudi Aramco harus mematikan setengah dari fasilitas produksinya.
Hal ini pun membuat harga minyak naik setelah satu dekade, dan meningkatkan tensi konflik di Timur Tengah. Pihak Iran pun menegaskan bukan dalang serangan tersebut.
Sebelumnya Kementerian Pertahanan Arab Saudi menyatakan hasil investigasi dari puing-puing drone dan rudal tersebut menunjukkan kesalahan Iran.
Juru Bicara Saudi Col. Turki al-Maliki mengatakan semua komponen fasilitas yang diambil dari fasilitas minyak "menunjuk ke Iran".
(roy/roy)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/30Bxtny
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment