Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka sedikit menguat pada perdagangan Jumat (20/9/2019), sehingga membawa Wall Street mendekati rekor tertingginya tahun ini.
Indeks Dow Jones Industrial Average (Dow Jones) menguat 0,2% (54 poin) pada pembukaan pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB), dan tak berubah 30 menit kemudian ke 27.148,65. Di sisi lain, indeks S&P 500 tumbuh 0,2% (5,87 poin) ke 3.013 sedangkan indeks Nasdaq naik 0,11% (9,1 poin) ke 8.191,35.
Dow Jones hanya selisih 1,1% dari rekor tertingginya sepanjang masa yang sempat disentuh pada Juli lalu. Demikian juga dengan indeks S&P 500 yang terpaut hanya 0,7% dari rekor tertingginya. Sementara itu, indeks Nasdaq terpaut 1,9% dari rekor terkuatnya.
Pelaku pasar AS menyambut positif rencana pertemuan negosiator setingkat wakil menteri dari AS dan China yang akan bertemu muka kembali, setelah 2 bulan absen membahas pertikaian dagang yang membara sejak tahun lalu.
Washington dan Beijing telah saling mengenakan tarif terhadap produk impor bernilai miliaran dolar AS yang diproduksi lawan dagangnya. Pertikaian ini membuat prospek ekonomi dunia kian suram dengan gangguan suplai barang dan tekanan terhadap manufaktur kedua negara.
Prospek investasi juga masih positif dalam jangka pendek menyusul stimulus yang disuntikkan negara maju untuk mengusir risiko resesi. Misalnya, kebijakan moneter longgar yang diterapkan bank sentral AS pekan ini dan bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) pekan lalu.
"Kondisi keuangan masih cukup positif dan rilis data ekonomi belakangan ini telah mengungguli ekspektasi. Tak banyak yang meragukan bahwa FOMC akan merespons pelemahan ekonomi yang awet dengan memangkas suku bunga dan menurunkan proyeksi dot The Fed," tutur chairman & CEO Marketfield Asset Management Michael Shaoul dalam laporan risetnya, dikutp CNBC International.
Presiden The Fed St. Louis, James Bullard, dalam pernyataan tertulisnya menyebutkan beberapa alasan mengapa menurut dia The Fed semestinya kemarin melakukan pemangkasan lebih besar.
"Ada sinyal bahwa pertumbuhan ekonomi AS diekspektasikan melambat dalam waktu dekat. Ketakpastian kebijakan perdagangan masih mengemuka, manufaktur AS sudah terlihat menurun, dan banyak pihak memperkirakan probabilitas resesi telah meningkat dari level rendah ke moderat," tuturnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA(ags/ags)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2M5JOvi
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment