
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) masuk ke jalur hijau pada perdagangan Jumat (6/9/2019), meski menghadapi data tenaga kerja yang lebih lemah dari ekspektasi.
Indeks Dow Jones Industrial Average menguat 37 poin (0,14%) pada pembukaan pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB) dan tak berubah 15 menit kemudian ke 26.765,16. Namun sebaliknya, indeks S&P 500 melemah 0,04% (1 poin) ke 2.974 dan indeks Nasdaq tertekan 0,16% atau 11,8 poin ke 8.105,67.
Menurut data Departemen Tenaga Kerja AS, Negara Adidaya itu menambah 130.000 lapangan kerja pada Agustus, atau di bawah ekspektasi ekonomis yang menurut polling Dow Jones memperkirakan pertumbuhan di angka 150.000.
Angka pengangguran masih stabil di level 3,7% sedangkan gaji tumbuh di atas ekspektasi, tumbuh sebesar 0,4% secara bulanan dan 3,2% secara tahunan. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS pun tertekan. Tenor 10-tahun misalnya mencatat penurunan imbal hasil ke 1,58% dari sehari yang lalu di level 1,6%.
Data yang dirilis hari ini tersebut menjadi modal bagi investor mengukur arah kebijakan moneter The Federal Reserve bulan ini. Pasar berekspektasi pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 basis-poin (bp) dengan porsi pertaruhan hingga 91,2%, menruut piranti FedWatch milik CME Group.
Kabar baik dari kembali dimulainya upaya negosiasi perdagangan antara AS dan China membuka kesempatan bahwa kedua negara tersebut akan mendeskalasi pertikaian dagang yang dikhawatirkan memicu perlambatan ekonomi dunia jika terus berlarut-larut.
Kementerian Perdagangan China pada Kamis menyatakan bahwa Liu He, negosiator utama Negeri Tirai Bambu itu telah berbicara dengan U.S. Trade Representative Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin.
Menurut Beijing, mereka sepakat bertemu pada awal Oktober untuk memulai putaran selanjutnya negosiasi perdagangan. Pembisik dari China mengatakan pembicaraan dagang itu bisa berujung pada "terobosan."
"Fakta bahwa mayoritas indeks menyentuh level tertinggi 5 pekan dalam gaya yang meyakinkan mengonfirmasi berakhirnya kemunduran pada Agustus, dan mengurangi terjadinya kejutan perang dagang. Reli dalam skala besar sepertinya akan terjadi di bursa," tutur pendiri Gorilla Trades Ken Berman, dalam laporan risetnya, yang dikutip CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA(ags/ags)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2PLr6hl
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment