Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan Kamis ini (19/9/2019) dengan koreksi sebesar 0,04% ke level 6.274,18, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) nyaris tak pernah merasakan manisnya zona hijau.
Per akhir sesi dua, koreksi IHSG adalah sebesar 0,51% ke level 6.244,47.
Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendorong IHSG melemah di antaranya: PT Astra International Tbk/ASII (-1,49%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-0,94%), PT United Tractors Tbk/UNTR (-3,44%), PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (-1,39%), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (-1,58%).
Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang justru ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei menguat 0,38%, indeks Shanghai naik 0,46%, dan indeks Kospi bertambah 0,46%.
Kehadiran sentimen positif yakni asa damai dagang AS-China yang kian terasa sukses memantik aksi beli di bursa saham Benua Kuning. Kemarin waktu setempat (18/9/2019), Presiden AS Donald Trump menyebut bahwa AS dan China dapat meneken kesepakatan dagang dalam waktu dekat.
Foto: Donald Trump di G7 Summit (Andrew Parsons/Pool via Reuters)
|
Pernyataan dari Trump tersebut lantas melengkapi pernyataan serupa sehari sebelumnya kala dirinya mengungkapkan optimisme bahwa AS dan China akan segera bisa meneken kesepakatan dagang.
Trump mengatakan di hadapan reporter bahwa China telah membeli produk-produk pertanian asal AS dalam jumlah yang besar, sebelum kemudian mengatakan bahwa kesepakatan dagang dengan China bisa diteken sebelum gelaran pemilihan presiden (Pilpres) di AS pada tahun 2020 atau sehari setelahnya.
Seperti yang diketahui, kemarin kedua negara diketahui menggelar perbincangan di tingkat wakil menteri guna mempersiapkan negosiasi dagang tatap muka tingkat tinggi pada awal bulan depan.
Diketahui, kunjungan delegasi China ke AS dipimpin oleh Liao Min selaku Deputi Direktur dari Office of the Central Commission for Financial and Economic Affairs dan juga Wakil Menteri Keuangan China.
Foto: Pendukung Donald Trump (REUTERS/Randall Hill)
|
Melansir Global Times selaku media yang dikontrol oleh Partai Komunis China, ditunjuknya Liao Min untuk memimpin delegasi China dipandang oleh para analis dapat membawa angin segar bagi hubungan dagang AS-China.
Untuk diketahui, delegasi China dalam perbincangan guna mempersiapkan negosiasi tingkat tinggi dengan AS sebelumnya dipimpin oleh Wakil Menteri Perdagangan Wang Shouwen.
Di sisi lain, sentimen negatif bagi bursa saham Asia datang dari hasil pertemuan The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral AS.
Pada dini hari tadi waktu Indonesia, The Fed mengumumkan pemangkasan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps ke rentang 1,75%-2%, menandai pemangkasan kedua di tahun ini pasca sebelumnya The Fed juga mengeksekusi pemangkasan tingkat suku bunga acuan sebesar 25 bps pada bulan Juli.
Melansir CNBC International, The Fed memangkas tingkat suku bunga acuan dengan dasar adanya dampak negatif dari perkembangan ekonomi dunia bagi prospek perekonomian AS, serta rendahnya tekanan inflasi.
Foto: Jerome Powell (REUTERS/Erin Scott)
|
Adalah nada hawkish yang dilontarkan oleh Jerome Powell selaku Gubernur The Fed pada saat konferensi pers yang membuat pelaku pasar kecewa. Nada hawkish tersebut menepis ekspetasi pelaku pasar bahwa masih akan ada pemangkasan tingkat suku bunga acuan lagi hingga akhir tahun.
Walau menyebut bahwa pihaknya akan melakukan hal yang diperlukan guna mempertahankan ekspansi ekonomi, Powell menilai pemangkasan tingkat suku bunga acuan pada bulan Juli dan hari ini sebagai "penyesuaian di pertengahan siklus/midcycle adjustment" dan bukan merupakan strategi untuk mendorong tingkat suku bunga acuan lebih rendah lagi.
Pernyataan tersebut lantas menegaskan komentar Powell di bulan Juli bahwa The Fed tidaklah sedang memulai era panjang pemangkasan tingkat suku bunga acuan.
"Biar saya perjelas: yang saya maksud adalah itu (pemangkasan tingkat suku bunga acuan) bukanlah merupakan awal dari pemangkasan tingkat suku bunga acuan yang agresif," kata Powell pada bulan Juli silam, dilansir dari CNBC International.
"Kami tak melihat arahnya ke sana (era panjang pemangkasan tingkat suku bunga acuan). Anda akan melakukannya jika Anda melihat pelemahan ekonomi yang signifikan dan jika Anda berpikir bahwa federal funds rate perlu dipangkas secara signifikan. Itu bukanlah skenario yang kami lihat."
Sementara itu, berdasarkan dot plot versi terbaru, terlihat bahwa para pejabat The Fed saat ini sedang sangat terpecah: sebanyak lima orang menginginkan tingkat suku bunga acuan dibiarkan berada di level 2%-2,25% hingga akhir tahun, lima orang menginginkan tingkat suku bunga acuan dipertahankan di level saat ini hingga akhir tahun, dan tujuh lainnya menginginkan ada sekali lagi pemangkasan sebesar 25 bps hingga akhir tahun.
Dikhawatirkan, absennya pemangkasan tingkat suku bunga acuan lebih lanjut oleh The Fed akan membawa perekonomian AS mengalami yang namanya hard landing alias perlambatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan.
BERLANJUT KE HALAMAN 2 -> Bank Indonesia Sudah Banting Tulang
from CNBC Indonesia https://ift.tt/30sU8m7
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment