
Pada Kamis (14/11/2019), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.098. Rupiah melemah 0,11% dibandingkan posisi hari sebelumnya.
Pelemahan ini membuat depresiasi rupiah di kurs tengah BI terjadi selama empat hari berturut-turut. Selama periode tersebut, pelemahan rupiah mencapai 0,56%.
Sementara di pasar spot, rupiah juga melemah. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.098 di mana rupiah melemah 0,15%.
Seiring perjalanan, depresiasi rupiah semakin dalam. Pada pukul 10:08 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.100, rupiah melemah 0,16%.
Kala pembukaan pasar, rupiah masih menguat 0,05%. Namun itu tidak lama, karena rupiah terpeleset ke jalu merah dan bertahan hingga sekarang.
Rupiah tidak sendiri karena mata uang utama Asia lainnya juga cenderung melemah di hadapan dolar AS. Rupee India menjadi mara uang terlemah di Asia, dan rupiah tepat di atasnya.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia pada pukul 10:09 WIB:
Pasar keuangan hari ini dilanda ketidakpastian. Data-data ekonomi terbaru menunjukkan bahwa perlambatan ekonomi dunia semakin nyata.
Di Jepang, pertumbuhan ekonomi pada kuartal III-2019 tercatat 0,2% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized). Jauh melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang mampu tumbuh 1,8% dan menjadi laju pertumbuhan terlemah sejak kuartal III-2018.
Pelaku pasar merespons rilis data ini dengan negatif. Maklum, konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan angka pertumbuhan ekonomi Jepang kuartal III-2019 di 0,8%.
Kemudian di China, penjualan ritel pada Oktober naik 7,2% year-on-year (YoY). Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 7,8% YoY dan menjadi laju terlemah sejak April.
Pelaku pasar juga menantikan rilis data pertumbuhan ekonomi Jerman periode kuartal III-2019. Konsensus yang dihimpun Trading Economics memperkirakan ekonomi Negeri Panser tumbuh 0,5%, membaik dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 0,4%.
Perkembangan ini membuat investor cenderung menahan diri. Belum ada pergerakan signifikan ke aset-aset berisiko di negara berkembang. Akibatnya, rupiah dkk di Asia bergerak melemah karena kekurangan 'darah'.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/378qffF
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment