Tuesday, August 20, 2019

Terancam Tenggelam, Ini "Jurus Sakti" Singapura

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketakutan akan tenggelam juga melanda Singapura. Negara tersebut kini mulai berfikir bagaimana caranya melindungi wilayahnya dari naikknya air laut sebagai akibat dampak pemanasan global.

Bahkan, untuk melindungi Singapura, setidaknya dibutuhkan dana hingga $100 miliar atau US$ 72 miliar atau lebih dari 100 tahun. "Seberapa banyak biaya yang harus kita keluarkan untuk melindungi diri dari kenaikan air laut? Tebakan saya mungkin S$ 100 miliar," kata Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong, sebagaimana dilansir dari Reuters, akhir pekan.

Dana ini dibutuhkan untuk membangun polder untuk melindungi garis pantai. Dana ini juga untuk melakukan reklamasi serangkaian pulau di lepas pantai dan menghubungkannya dengan bendungan.


Sebenarnya Singapura telah melakukan beberapa tindakan untuk menekan dampak pemanasan global. Termasuk memberlakukan pajak karbon dan membuat pelabuhan serta bandara baru di tempat yang lebih tinggi.

Bahkan untuk meningkatkan dan pemeliharaan saluran air, negara itu menggelontorkan S$ 400 selama dua tahun ke depan. "Jika kita hanya punya 10 tahun untuk menyelesaikan masalah, kita tidak akan punya waktu atau sumber daya. Tetapi karena ini adalah masalah 50 hingga 100 tahun, kita dapat menerapkan solusi 50 hingga 100 tahun," katanya.

Singapura yang berada di daerah tropis telah merasakan dampak dari pemanasan global, mulai dari naiknya suhu hingga badai hujan. Lee mengatakan pertahanan perubahan iklim harus dilakukan dengan serius seperti Angkatan Bersenjata Singapura (SAF).


"Dengan begitu kita dapat membelinya, dan ketika kita membutuhkannya, kita akan siap. Ini adalah masalah hidup dan mati. Segala sesuatu yang lain harus dikorbankan untuk melindungi keberadaan negara pulau kita," tegasnya lagi.

Singapura tidak pernah berharap untuk berperang, namun menyadari pasti harus berurusan dengan efek perubahan iklim. Sebab masalah naiknya permukaan laut hanya perlu menunggu waktunya tiba.

Sebagian besar Singapura terletak hanya 15 meter di atas permukaan laut rata-rata. Di mana sekitar 30% pulau itu berada kurang dari 5 meter di atas permukaan laut rata-rata.

Centre for Climate Research Singapore telah menemukan bahwa ada momen di mana permukaan laut rata-rata tinggi, gelombang pasang dan gelombang tinggi, semuanya terjadi pada saat yang sama. Permukaan laut dapat naik hampir 4 meter di atas rata-rata saat ini dan membanjiri wilayah pesisir pulau yang rendah, kata lembaga itu.

[Gambas:Video CNBC]

(sef/sef)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2zdAWgV
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment