Monday, September 16, 2019

Jika Terjadi Perang Teluk, Mata Uang Mana Yang Cuan?

Jakarta, CNBC Indonesia - Serangan pesawat nirawak atau drone ke dua fasilitas minyak mentah milik Arab Saudi menjadi headline di pasar finansial pada hari ini. Mayoritas bursa saham global berguguran akibat munculnya potensi kembali terjadinya Perang Teluk.

Sekitar 10 drone menyerang salah satu ladang minyak terbesar Arab Saudi di Hijra Khurais dan fasilitas pemrosesan minyak mentah di dunia di Abqaiq.

Serangan drone di Arab Saudi membuat produksi minyaknya harus dipangkas hingga 50%. Akibatnya suplai minyak mentah global berkurang 5%. Sudah bisa ditebak, harga minyak mentah langsung terbang tinggi. Apalagi jika nanti sampai terjadi perang di kawasan tersebut, harga minyak mentah bisa terbang lebih tinggi

Hingga sore ini, harga minyak jenis Brent melesat naik hampir 10% sementara jenis West Texas Intermediate (WTI) menguat hampir 9% .Saat harga minyak mentah sedang tinggi-tingginya, ada beberapa mata uang yang diuntungkan seperti dolar Kanada dan rubel Rusia.

Dua negara tersebut merupakan eksportir minyak mentah, sehingga kenaikan tajam harga minyak mentah akibat serangan drone di Arab Saudi akan turut mengerek naik dolar Kanada dan rubel.

Kenaikan harga minyak mentah tentunya sangat menguntungkan bagi negara-negara eksportir. Pendapatan ekspor akan meningkat siginifkan.

Dolar Kanada pada pukul 19:36 WIB menguat 0,29% ke level 1,3244/US$, di awal perdagangan hari ini sempat menguat 0,6%. Sementara rubel menguat 0,5% bahkan bahkan di awal perdagangan menguat 1,05%.

Serangan drone ke Arab Saudi diklaim dilakukan oleh pemberontak Houthi, tetapi Amerika Serikat (AS)justru mengatakan Iran ada di balik serangan tersebut. Menteri Dalam Negeri AS, Mike Pompeo menuduh Iran meluncurkan serangan terhadap pasokan energi dunia yang belum pernah terjadi sebelumnya, melansir CNBC International.

Presiden AS Donald Trump menyatakan bersiap untuk memberikan serangan balasan, tapi masih menunggu Pemerintah Arab Saudi memastikan siapa pelakunya.

Teheran tidak terima atas tuduhan tersebut. Abbas Mousavi, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, menyatakan bahwa tudingan AS dan sekutunya tidak berdasar.

Bahkan Iran siap apabila harus berperang dengan AS dan sekutunya. Amarali Hajizadeh, Kepala Staff Angkatan Udara Garda Revolusioner Iran, mengungkapkan pangkalan AS di Timur Tengah masuk dalam jangkauan misil mereka.

"Semua orang harus tahu bahwa seluruh basis pangkalan AS dan kapal induk mereka dalam jarak lebih dari 2.000 km di sekitar Iran masuk dalam cakupan misil kami. Iran selalu siap untuk perang dalam skala penuh," tegasnya, seperti diwartakan Reuters.

AS dan Iran sudah bersiap angkat senjata. Kalau situasi memburuk dan ada pemantik lebih lanjut, bukan tidak mungkin Perang Teluk Jilid III bakal meletus.

Jika sampai pecah perang antara AS dengan Iran, maka aset-aset aman (safe haven) yang akan diuntungkan. Para pelaku pasar akan mengalihkan investasinya ke aset-aset safe haven seperti emas, serta beberapa mata uang seperti yen Jepang.

Yen pada pukul 19:36 WIB menguat 0,28% melawan dolar AS di level 107,82/US$, bahkan di awal perdagangan hari ini sempat menguat 0,56%. 

TIM RISET CNBC INDONESIA 

(pap/pap)

from CNBC Indonesia https://ift.tt/31tv4N9
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment