Adrian Suherman, Presiden Direktur PT Multipolar Tbk, anak usaha Lippo Group sekaligus induk usaha OVO, menyatakan rumor yang beredar sama sekali tidak benar dan tidak berdasarkan fakta.
"Sebagai pendiri OVO, kami sangat menyayangkan beredarnya rumor yang tidak benar tersebut," ujar Adrian yang juga menjabat sebagai Direktur di Lippo Group dalam keterangan, Minggu (17/11/21019).
Bersama para pemegang saham lain, tuturnya, Lippo tetap merupakan bagian dari OVO dan selalu mendukung kemajuan OVO.
"(OVO) yang hanya dalam dua tahun telah berkembang pesat menjadi perusahaan fintech e-money Indonesia yang semoga dapat menjadi kebanggaan nasional dan akan terus mendukung upaya pemerintah, BI dan OJK untuk meningkatkan inklusi keuangan di Tanah Air," ujarnya.
Sebelumnya, seorang sumber CNBC Indonesia membisikkan Lippo Group berniat hengkang karena tak kuat memasok dana untuk mendukung aksi bakar uang dengan layanan gratis, diskon dan cashback. Dalam dua tahun terakhir OVO disebut agresif bakar uang investor.
"Lippo Group berencana cabut dari OVO. Tiap bulan OVO menghabiskan US$50 juta (Rp 700 miliar)," ujar sumber tersebut seperti dikutip Kamis (14/11/2019).
OVO adalah dompet digital miliki PT Visionet International. Lippo Group merupakan pemegang saham utama perusahaan. OVO awalnya merupakan aplikasi untuk mengelola reward point belanja di jaringan ritel milik Lippo Group.
Pada 2017, OVO mendapatkan lisensi uang elektronik (e-wallet) dan aktif menggelar promosi diskon dan cash back untuk menjaring pengguna. Bahkan OVO kini disebut sebagai penantang serius GoPay di pasar uang elektronik.
Namun isu hengkangnya Lippo Group dibantah langsung oleh John Riady, putra James Riady CEO Lippo Group, yang kini menduduki posisi sebagai CEO Lippo Karawaci.
(dob/dob)from CNBC Indonesia https://ift.tt/33UWg8P
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment