Jakarta, CNBC Indonesia- Meski Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada perdagangan Jumat (15/11/2019) dengan kenaikan 0,48% ke level 6.128, tetapi secara mingguan IHSG terkoreksi 0,8%.
Selama lima hari ke depan, bursa saham nasional sepertinya akan cenderung bergerak positif mengikuti arah dari sentimenyang berkembang baik dari dalam negeri maupun dari global. Beberapa sentimen utama yang dikompilasikan Tim Riset CNBC Indonesiasepekan ke depan berpotensi mempengaruhi mood pelaku pasar:
Dari Dalam Negeri
Barangkali pada minggu ini merupakan akhir dari rilis data penting yang dinanti oleh para pelaku pasar tanah air, berikut data pentingnya:
Pertama, Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan data pertumbuhan angka kredit perbankan untuk periode September 2019 pada hari Rabu (20/11), data pada kredit pada bulan Agustus tumbuh hanya 7,89%.
Trading Economics memperkirakan kredit bulan September akan tumbuh lebih lambat menjadi 7,5%. Jika benar angka kredit tumbuh lebih rendah dari perkiraan maka saham-saham di sektor keuangan bisa jadi dihindari pelaku pasar untuk sementara.
Kedua, Bank Indonesia (BI) akan menggelar Rapat Dewan Gubernur pada tanggal 20-21 November 2019, rangkaian rapat tersebut akan diakhiri dengan penetapan suku bunga acuan BI 7 Day RR yang baru.
Prediksi dari trading economics memperkirakan BI akan menahan suku bunga acuannya di 5%. Perlu dicatat, bahwa sepanjang tahun ini BI sudah memangkas 100 basis poin suku bunganya.
Dari Global
Pelaku pasar dalam negeri tentu akan beralih fokus kepada kondisi global yang berpotensi mempengaruhi bursa saham dalam negeri. Beberapa sentimen dan rilis data berikut cukup penting untuk disimak:
Pertama, kondisi hubungan antara Amerika Serikat (AS) dengan China, Sekretaris Perdagangan AS Wilbur Ross, mengatakan pembahasan perdagangan AS-China akan dilanjutkan melalui panggilan telepon pada hari Jumat (22/11/2019), pembahasannya tentu penuntasan perjanjian perdagangan fase satu.
Meski hasilnya baru akan didapat setelah bursa saham ditutup, tetapi aura damai dagang sepertinya sudah mulai terasa sehingga berpotensi meningkatkan mood dari pelaku pasar.
Kedua, Demo Hong Kong, belakangan demo di negara bagian China tersebut semakin marak dengan dilakukan pada hari-hari biasa. Intensitasnya cenderung naik ketika mendekati akhir pekan.
Sebelumnya demo tersebut melebar hingga masuk ke pusat perbelanjaan dan kampus, aparat keamanan sudah mulai menggunakan peluru untuk membubarkan para demonstran dan dikabarkan mulai menelan korban jiwa.
Ketiga, pada hari Rabu (20/11/2019) badan energi AS (EIA) akan merilis data minyak produksi AS, data itu akan dilihat oleh pelaku pasar karena harga minyak sedang mendapatkan momentum kenaikannya dari damai dagang AS-China.
Jika angka produksi minyak di bawah produksi minggu sebelumnya yakni pada 2,219 juta barel, maka ada potensi harga minyak akan kembali naik, apabila produksi di atas angka tersebut maka yang terjadi bisa sebaliknya.
Keempat, Pada hari Rabu (20/11/2019), Jepang akan mengumumkan data neraca dagang untuk bulan Oktober 2019, pada bulan November Jepang defisit USD 123 juta.
Refinitiv memperkirakan trade balance Jepang akan naik menjadi USD 301 juta. Positifnya data perdagangan Jepang akan berimbas ke bursa sahamnya dan mempengaruhi bursa-bursa Asia untuk bergerak positif.
Kelima, Pada hari Kamis (21/11/2019), AS akan mengumumkan klaim tunjangan pengangguran (jobless claim), pada periode sebelumnya angka sejumlah 225 ribu orang yang mengajukan klaim.
Data refinitiv memperkirakan akan ada penurunan sebesar lima ribu orang menjadi 220 ribu orang, yang berarti perekonomian AS membaik dan dapat menjadi faktor penentu the Fed tidak memangkas suku bunganya di bulan Desember.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/yam)from CNBC Indonesia https://ift.tt/2QrG23d
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment