
Hal ini pun diungkapkan Ekonom Senior Raden Pardede. "Ekonomi di luar sekarang mengalami slowdown, termasuk Uni Eropa, China, Jepang, Korea," katanya kepada CNBC Indonesia, Selasa (2/9/2019).
Menurutnya, profit di sejumlah sektor sudah mengalami penurunan. Mulai dari volume perdagangan, indeks pengangkutan kapal, hingga harga komoditas seperti tembaga.
Kenaikan harga emas yang terjadi kini juga merupakan tanda melambatnya ekonomi. Kenaikan harga emas mengindikasikan banyaknya pihak yang mencoba mencari safe haven untuk tempat melindungi aset.
Namun Raden menilai resesi global belum akan muncul meski eskalasinya kecemasan sudah meningkat. Ekonomi AS menjadi penentu.
"Apakah akan terjadi resesi benaran. Belum pasti, namun keadaan ekonomi Amerika akan jadi kunci. Sangat tergantung juga pada kebijakan pemerintah (Presiden) Trump tentang trade dan currency war serta kebijakan the Fed (bank sentral AS)," jelas Ekonom Creco Consulting itu.
Saat ini data ekonomi di AS secara umum masih cukup solid. Tingkat pengangguran masih rendah, sementara harga rumah naik. Data ini tidak mendukung adanya resesi. Namun tingkat kecemasan dan ketidakpastian naik.
Meski demikian Raden meminta semua pihak harus waspada. "Apapun itu, buat kita paling penting selalu waspada, siapkan payung sebelum hujan. Hujan akan datang, Apakah hanya gerimis atau badai kita belum tahu kapan," ujarnya.
Kecemasan Akan Resesi Meningkat
Sementara itu, Raden menilai ada dua alasan mengapa eskalasi kecemasan akan resesi menjadi naik. Mulai dari ekpansi ekonomi AS yang terus naik selama 10 tahun terakhir hingga pesimisme akan ekonomi AS.
Alasan pertama terkait jenuhnya ekonomi AS. "Ekonomi Amerika mengalami pertumbuhan secara terus menerus sejak Juli tahun 2009. Ini siklus bisnis terpanjang dalam sejarah perekonomian amerika, dimana biasanya sesudah ekspansi akan ada kontraksi," katanya.
Selain itu terbentuknya kurva imbal hasil pada obligasi AS alias inversi juga menjadi penyebab lain. "Yield curve, slope imbal balik investasi menjadi negatif, yaitu bunga investasi jangka panjang di Bond pemerintah lebih rendah dari jangka pendek. Mengindikasikan pesimisme thd ekonomi jangka menengah panjang, juga pertanda resesi kedepan," jelasnya lagi.
Meski demikian, ia menilai resesi belum akan terjadi. Pasalnya ekonomi AS menurutnya masih cukup solid.
(sef/sef)from CNBC Indonesia https://ift.tt/32pkXsL
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment