Monday, September 2, 2019

Jeblok Lagi, Presiden Trump Sebut Pelemahan Euro "Gila"

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang euro kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (2/9/19) hingga mencapai level terlemahnya dalam lebih dari dua tahun terakhir, tepatnya sejak Mei 2017. 

Pelemahan mata uang 19 negara ini bahkan mendapat sorotan dari Presiden AS, Donald Trump, sekaligus kembali menyentil bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed)

"Penuruan euro melawan dolar AS 'Gila', memberikan mereka keunggulan kompetitif yang besar untuk ekspor dan industri manufakturnya... dan The Fed TIDAK MELAKUKAN APA-APA," kata Trump melalui akun Twitternya sebagaimana dilansir Reuters.


Pada pukul 20:17 WIB, euro diperdagangkan di kisaran US$ 1,0960 atau melemah 0,18% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Pada perdagangan Jumat pekan lalu, euro anjlok 0,6%.

Pernyataan Trump mungkin benar, kurs euro yang rendah membuat produk-produk dari zona euro akan lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga permintaan meningkat yang pada akhirnya berdampak pada kenaikan ekspor.

Namun pada kenyataannya, Jerman sebagai negara dengan nilai ekonomi terbesar di Eropa dan mengandalkan ekspor sebagai roda penggerak perekonomian, masih mengalami kesulitan. Data yang dirilis oleh ISH menunjukkan sektor manufaktur Negeri Panser sudah berkontraksi dalam delapan bulan beruntun.

Angka indeks manajer pembelian (purchasing managers' index/PMI) sektor manufaktur Jerman turun menjadi 43,5 di bulan Agustus dari bulan sebelumnya 43,6.

Indeks PMI dari Markit menggunakan angka 50 sebagai batas, di bawah 50 berarti kontraksi atau aktivitas yang menurun sementara di atas 50 berarti ekspansi atau perusahaan-perusahaan manufaktur meningkatkan kegiatan usahanya.

Mengutip laporan Reuters, rendahnya permintaan untuk ekspor membuat industri pengolahan Jerman menurunkan tingkat produksi dan melakukan PHK.

Akibat buruknya data tersebut, European Central Bank (ECB) diprediksi kuat akan menggelontorkan paket stimulus pada rapat kebijakan moneter bulan ini. Paket yang dimaksud bisa berupa pemangkasan suku bunga, pembelian aset atau quantitative easing, serta perubahan panduan suku bunga.

Risalah rapat kebijakan moneter ECB bulan Juli yang dirilis pada 22 Agustus lalu menunjukkan para anggota dewan mulai cemas akan pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari prediksi dan gelontoran paket stimulus moneter dianggap jalan terbaik untuk meredam pelambatan.

Semakin besar paket stimulus yang akan dikucurkan nantinya, tentunya akan semakin menekan euro.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

(pap/pap)

from CNBC Indonesia https://ift.tt/2ZCIOrg
via IFTTT
Share:

Related Posts:

0 Comments:

Post a Comment