Kebijakan ini merupakan langkah untuk menghentikan anak di bawah umur membeli dan mengkonsumsi rokok elektronik. Di China rokok elektrik memiliki potensi pasar yang cukup besar. Ada 300 juta perokok di China.
"Untuk memperkuat perlindungan kesehatan dan mental anak di bawah umur, regulator mendesak produsen e-rokok, pengecer, atau penjual individu untuk sementara waktu menutup situs web atau saluran penjualan online dan mendesak platform e-commerce untuk sementara waktu tutup toko e-rokok," ujar China seperti dikutip dari Reuters, Senin (4/11/2019).
Dalam beberapa tahun terakhir para startup China telah menyedot dana dari venture capital guna meluncurkan produk yang sama dengan yang diterbitkan oleh Juul, produsen rokok elektrik asal Amerika Serikat (AS) yang didukung oleh Altria Group.
![]() |
China Tobacco merupakan perusahaan yang didukung negara dan melakukan monopoli, mengendalikan penjualan dan distribusi semua produk tembakau di seluruh negeri. Unit ini juga menghasilkan hampir 6% dari total pendapatan pajak negara, menurut angka pemerintah.
Pada bulan September, sebuah toko online Juul resmi muncul sebentar di situs e-commerce Cina yang dijalankan oleh Alibaba Group Holding Ltd dan JD.com, hanya untuk menghilang beberapa hari kemudian. Juul dan pengecer tidak mengomentari pencopotan tiba-tiba toko pada saat itu.
Dalam pernyataan resminya, RELX Technology mengatakan akan mengikuti perintah regulator dan menutup saluran penjualan online-nya. SnowPlus mengatakan kepada Reuters mereka juga akan tunduk pada peraturan pemerintah.
Alibaba dan JD.com tidak segera menanggapi permintaan komentar.
(roy/sef)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2C6xbLV
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment