Monday, September 16, 2019

Harga Minyak 'Menggila', Wall Street Dibuka Turun

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Amerika Serikat (AS) dibuka melemah pada pembukaan perdagangan Senin (16/9/2019) di tengah kekhawatiran kenaikan harga minyak mentah dunia bakal menekan pertumbuhan ekonomi global.

Indeks Dow Jones Industrial Average (Dow Jones) kehilangan 70 poin (0,3%) pada pukul 08:30 waktu setempat (20:30 WIB) dan bertambah menjadi 85 poin (0,3%) 30 menit kemudian ke 27.134,5. Indeks S&P 500 melemah 0,2% (5,3 poin) ke 3.002,1 sedangkan indeks Nasdaq surut 0,2% (16,5 poin) ke 8.161,8.

Harga kontrak berjangka West Texas Intermediate (WTI) melonjak lebih dari 9% ke level US$ 60,07 per barel. Lonjakan terjadi setelah fasilitas minyak Arab Saudi terbakar akibat serangan drone yang membuat hilangnya separuh pasokan minyak Saudi.

Saudi Aramco, raksasa minyak milik pemerintah Saudi, dilaporkan akan memulihkan sepertiga produksinya pada Senin.

Saham General Motors anjlok 3% setelah serikat pekerja di bawah United Auto Workers melancarkan aksi mogok menyusul kegagalan negosiasi kontrak kerja antara keduanya. Di tengah kondisi itu, harga minyak yang tinggi berpeluang memukul penjualan perseroan.

Sementara itu, saham Airlines JetBlue Airways dan United Airlines anjlok masing-masing sebesar 3% sedangkan American Airlines kehilangan 6,5%. Sebaliknya, saham emiten energi seperti Devon Energy melesat lebih dari 12% sebelum penutupan sedangkan saham Marathon Oil melonjak 12,6%.

Presiden AS Donald Trump pada hari Minggu kemarin dalam cuitannya di Twitter menyatakan bahwa pasokan minyak AS dari cadangan minyak strategis (Strategic Petroleum Reserve/SPR) masih cukup untuk mengamankan suplai di pasar.

"Ini adalah tekanan terbesar terhadap suplai dunia. Dunia bergantung pada cadangan strategis saat ini dan anda akan melihat penarikan SPR," tutur chief commodities and energy strategist BCA Research Bob Ryan, dalam laporan riset, seperti dikutip CNBC International.

Sentimen pasar juga tertekan oleh data produksi industri China yang melemah ke posisi terendah dalam 17,5 tahun. Produksi menguat hanya 4,4% pada Agustus sementara analis dalam polling Reuters memperkirakan bisa mencapai 5,2%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ags/ags)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/2LwXcJC
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment