Monday, September 9, 2019

Harga Emas Tak Kuat Naik, Bakal Longsor ke Bawah US$ 1.500/Oz

Jakarta, CNBC Indonesia - Awal pekan ini harga emas masih melanjutkan tren tertekan melanjutkan kecenderungan yang sama seperti pekan lalu. Kabar positif dari berbagai penjuru dunia membuat sentimen pelaku pasar membaik dan masuk kembali ke aset-aset berisiko berimbal hasil tinggi sehingga emas menjadi ditinggalkan.

Meredanya tensi geopolitik di Hong Kong, Italia, dan Inggris menjadi awal tekanan bagi emas. Menyandang status sebagai aset aman (safe haven), emas tentunya sangat diuntungkan jika terjadi gejolak politik di negara-negara yang memiliki pengaruh ke dunia finansial global.

Hingga perdagangan tadi malam pukul 22.10 WIB harga emas dunia, berdasarkan data investing.com berada pada level Rp 1.508,55/troy ounce (Oza) atau turun 0,47% dibandingkan perdagangan hari sebelumnya.

Tekanan bagi emas semakin bertambah setelah Amerika Serikat (AS) dan China akan melakukan perundingan dagang di bulan Oktober. Menurut pernyataan resmi dari Kementerian Perdagangan China, kedua belah pihak akan menggelar konsultasi pada pertengahan bulan ini sebagai bagian dari persiapan negosiasi tatap muka di awal bulan depan.

Secara teknikal pergerakan harga emas mulai kelihatan kekurangan momentum untuk naik. Bukan tidak mungking pekan ini harga emas bisa turun di bawah US$ 1.500/troy ounce.

Foto: Putu/CNBC Indonesia

Pada grafik harian, emas yang disimbolkan XAU/USD bergerak di bawah rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru) dan MA 21 hari (garis merah), tetapi masih di atas MA 125 hari (garis hijau).

Indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) di wilayah positif tetapi bergerak turun, histogram masih di wilayah negatif. Emas terlihat mulai kekurangan momentum untuk menguat untuk jangka menengah.

Foto: Putu/CNBC Indonesia

Pada time frame 1 jam, emas bergerak di kisaran MA 8 dan MA 21, serta di bawah MA 125. Indikator stochastic bergerak naik dari wilayah jenuh jual (oversold).

Emas saat ini bergerak di dekat resisten terdekat di kisaran US$ 1.512/troy ons, jika mampu menembus resisten tersebut emas berpotensi naik ke US$ 1.516/troy ons. Diperlukan penembusan konsisten di atas level tersebut untuk emas melanjutkan penguatan menuju area US$ 1.521 hingga US$ 1.526/troy ons.

Sementara selama tertahan di bawah US$ 1.512, emas masih akan tertekan, dengan support terdekat di level US$ 1.506/troy ons. Jika support tersebut ditembus emas berpeluang besar turun ke menuju level psikologis US$ 1.500. Penembusan di bawah level psikologis akan membuka peluang ke level US$ 1.494 sampai US$ 1.490/troy ons.


Kabar-kabar bagus tersebut membuat harga emas dalam sehari anjlok lebih dari 2%. Tekanan turun masih berlanjut pada hari Jumat setelah rilis data tenaga kerja AS.

Data tenaga kerja AS terdiri dari tiga item, penyerapan tenaga kerja di luar sektor pertanian (Non-Farm Payroll/NFP), rata-rata upah per jam, dan tingkat pengangguran. NFP dirilis mengecewakan, sebanyak 130.000 orang, lebih rendah dari sebelumnya 164.000 orang, juga lebih rendah dari prediksi di Forex Factory sebesar 165.000 orang.

Harga emas sempat menguat merespon data tersebut, tapi pada akhirnya kembali melemah setelah ketua bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), Jerome Powell, menilai data tenaga kerja masih cukup kuat.

Dalam diskusi panel di Zurich Swiss, Powell mengatakan rilis tenaga kerja bulan Agustus konsisten dengan pandangan The Fed jika pasar tenaga kerja masih cukup kuat. Pada kesempatan yang sama, Powell juga menegaskan meski kondisi global saat ini dipenuhi ketidakpastian, tetapi ia tidak melihat atau atau memperkirakan AS akan mengalami resesi.

Tapi jika dicermati, pernyataan Powell sebenarnya hampir sama dengan pernyataan sebelumnya saat pertemuan Jackson Hole pada bulan Agustus lalu. Akibatnya emas kekurangan momentum penguatan, dan berbalik turun, tentunya dibumbui aksi ambil untung (profit taking) melihat penguatan emas belakangan ini.

Meski demikian, ada hawa-hawa emas bisa kembali menguat, Bank Sentral China (People's Bank of China/PBoC) sudah memutuskan kembali menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) sebesar 50 bps untuk semua bank. Kebijakan ini diperkirakan mampu memompa likuiditas sebanyak CNY 900 miliar dan menurunkan suku bunga kredit perbankan.

Kemudian dari Jepang, pertumbuhan ekonomi Jepang kuartal II-2019 direvisi turun yang memperkuat spekulasi Bank of Japan (BoJ) akan menggelontorkan stimulus moneter di bulan ini. Jangan lupakan European Central Bank (ECB) dan tentunya The Fed yang juga diprediksi akan memangkas suku bunga di bulan ini.

Pemangkasan suku bunga maupun stimulus moneter lainnya menyebabkan likuiditas di pasar bertambah dan inflasi berpotensi naik. Dalam kondisi seperti itu, emas yang juga merupakan aset lindung nilai terhadap inflasi akan kembali diuntungkan. (hps/hps)



from CNBC Indonesia https://ift.tt/34yHx49
via IFTTT
Share:

Related Posts:

0 Comments:

Post a Comment