The Fed akan menjadi pembuka dengan jadwal rilis suku bunga pada Rabu (18/9/2019), disusul oleh BI yang akan mengumumkan hasil rapat pada Kamis (19/9/2019), dan terakhir BOJ pada Jumat (20/9/2019).
Pekan kemarin, Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) telah lebih dulu merilis suku bunga acuan mereka, di mana Gubernur ECB Mario Draghi memutuskan untuk memangkas suku bunga deposito (deposit facility) sebesar 10 basis poin (bps) menjadi -0,5%. Sementara itu, main refinancing facility tetap sebesar 0% dan suku bunga pinjaman (lending facility) juga tetap sebesar 0,25%.
Draghi dan kolega Draghi juga mengaktifkan kembali program pembelian aset (obligasi dan surat berharga) atau yang dikenal dengan quantitative easing yang sebelumnya sudah dihentikan pada akhir tahun lalu.
Program pembelian aset kali ini akan dimulai pada 1 November dengan nilai EUR 20 miliar/bulan tanpa batas waktu, dilansir dari Reuters. Ini artinya akan terus dilakukan selama dibutuhkan untuk memberikan stimulus bagi perekonomian zona euro.
Rilis keputusan ECB semakin meningkatkan ekspektasi pelaku pasar bahwa The Fed dan BOJ juga akan mengambil keputusan serupa.
![]() |
BOJ
Survei yang dihimpun oleh Reuters sepanjang 2-11 September mencatat 33 dari 41 ekonom (80,49%) mengatakan BOJ akan melonggarkan kebijakan lebih lanjut, dan sisanya berpendapatan bahwa bank sentral Negeri Sakura akan mengurangi stimulus.
Adapaun di antara ekonom yang memprediksi lebih banyak stimulus, 13 mengatakan akan terjadi minggu depan, 10 pada bulan Oktober, 5 pada Desember, dan 2 pada paruh pertama tahun depan.
"Risiko terhadap ekonomi global telang meningkat, seperti ekskalasi atas friksi perdagangan AS-China," ujar Takumi Tsunoda, ekonom senior di Shinkin Central Bank Research Institute, dilansir dari Reuters.
"BOJ perlu menunjukkan tekadnya untuk meningkatkan stimulus untuk mencegah penguatan yen," tambahnya.
Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda pekan lalu menyampaikan bahwa pemangkasan suku bunga acuan lebih lanjut ke level negatif merupakan salah satu alternatif yang dipertimbangkan. Akan tetapi Kuroda menekankan bahwa jika keputusan itu diambil BOJ harus mempertimbangkan dampaknya pada sistem perbankan Negeri Sakura dan fungsi pasar keuangan, dikutip dari Reuters.
![]() |
The Fed
Di lain pihak, melansir situs CME Fedwatch probabilitas The Fed akan kembali memangkas suku bunga acuan 25 basis poin (bps) pada pertemuan minggu depan ada di level 79,6%. Peluang tersebut turun jika dibandingkan dengan survei 1 minggu sebelumnya yang mengestimasi peluang pemangkasan sebesar 90%. Sementara itu peluang The Fed mempertahankan suku bunga di level saat ini adalah 20,4%.
Probabilitas pemangkasan federal funds rate (FFR) oleh The Fed masih tinggi karena beberapa ekonom menganalisa bahwa kondisi perang dagang AS-China akan lebih buruk atau stagnan.
"Bea masuk yang telah diumumkan berlaku pada Oktober dan Desember akan tetap berlanjut. Kami bisa mendapatkan beberapa pertemuan (dialog dagang), tetapi pada akhirnya kami tidak melihat datangnya resolusi (kesepakatan dagang)," ucap Andrew Schneider, ekonom AS di BNP Panaribas, dilansir Reuters.
Lalu, 80% ekonom dalam survei Reuters menekankan bahwa keputusan Gubernur The Fed Jerome Powell sama sekali tidak akan dipengaruhi oleh ancaman Presiden AS Donald Trump.
"Lingkungan politik menyebabkan resiko pada prospek ekonomi, dan itulah yang ditanggapi oleh The Fed. Saya tidak berpikir The Fed menanggapi cuitan atau kritik yang disampaikan pada The Fed atau Powell secara umum," kata James Orlando, ekonom senior di TD Economics dikutip dari Reuters.
![]() |
BI
Adapun untuk BI, sebanyak 17 dari 19 ekonom memperkirakan Gubernur BI Perry Warjiyo dan kolega akan mempertahankan suku bunga saat ini. Ini setelah dalam dua bulan terakhir memangkas BI 7-Day Reverse Repo Rate sebanyak 50 bps, dikutip dari Reuters.
Meskipun Perry dalam rapat BI bulan lalu menyampaikan masih terbuka ruang untuk kebijakan moneter yang lebih akomodatif, pasar keuangan Indonesia justru dipenuhi oleh kekhawatiran investor. Investor resah atas friksi dagang AS-China, perang mata uang termasuk anjloknya peso Argentina, dan inversi pada imbal hasil surat berharga AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA (dwa/dwa)
from CNBC Indonesia https://ift.tt/32MeWqr
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment