
Ini artinya, isu terkait pengurangan energi batu bara yang selama ini menjadi tantangan bagi industri batu bara mulai mereda, dan konsumsi batu bara berpotensi meningkat.
Seperti di beritakan oleh Financial Times, AS telah secara resmi meminta untuk menarik diri dari perjanjian perubahan iklim atau Paris Climate Agreement. Ini menjadi pukulan serius terhadap upaya pemanasan global hingga di bawah 2 derajat Celcius.
Pemerintah AS di Washington secara resmi memberi tahu kepada PBB tentang niatnya untuk menarik diri pada Senin kemarin (4/10/2019), setelah lebih dari 2 tahun setelah Presiden AS Donald Trump berkuasa. Pemerintahan Trump menilai perjanjian tersebut akan merugikan ekonomi AS.
"Hari ini kita memulai proses resmi penarikan diri dari Perjanjian Paris," tulis Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo di Twitter, seperti dilansir dari FT.
"AS bangga dengan rekor kami sebagai pemimpin dunia dalam mengurangi semua emisi, menumbuhkan ketahanan, menumbuhkan ekonomi kita, dan memastikan energi untuk warga negara kita."
Data Refinitiv mencatat, pergerakan harga komoditas batu bara masih mengikuti tren fluktuatif di kisaran US$ 66 - US$ 72 per ton sejak awal September. Tren masih mungkin akan berlangsung jika tidak segera ada katalis yang mampu mengerek naik.
Harga batu bara kontrak ICE Newcastle ditutup menguat 0,89% ke level US$ 67,7/ton pada penutupan perdagangan pekan kemarin (1/11/2019).
from CNBC Indonesia https://ift.tt/2Cbs3WH
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment